GREEN MARKETING DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN MELALUI MINAT MEMBELI
PRODUK ORGANIK
(Studi Pada Pelanggan Produk
Organik Di Kota Manado)
Allen A.Ch. Manongko
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Manado
Margono Setiawan
Program Pascasarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Christin Susilowati
Program Pascasarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Penelitian ini bertujuan menguji dan
menganalisis secara teoritis dan empiris: pengaruh green marketing terhadap
minat membeli; pengaruh green marketing terhadap keputusan pembelian; pengaruh
minat membeli terhadap terbentuknya keputusan pembelian; dan green marketing
berpengaruh terhadap keputusan pembelian
melalui minat membeli produk organik.
Penelitian ini adalah penelitian
penjelasan (explanatory research), yaitu menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. Populasi dalam
penelitian ini adalah pelanggan/konsumen yang membeli produk organik pada
swalayan atau pasar modern di Kota Manado. Dengan sampel penelitian berjumlah
120 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan
analisis data penelitian menggunakan analisis jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: green marketing berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap
minat membeli; green marketing tidak
berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan pembelian; minat
membeli berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap keputusan
pembelian; green marketing berpengaruh secara tidak langsung dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan minat membeli sebagai variabel
interviening.
Kata Kunci: Green Marketing, Minat Membeli, Keputusan
Pembelian, Produk organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan lingkungan dan
kesehatan yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh aktivitas
manusia, baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, ekonomi dan
bisnis, telah menjadi issue sentral di semua kalangan. Kepedulian dan kesadaran
akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah cara pandang dan pola hidup dari
manusia dan para pelaku usaha. Hal ini ditunjukkan pada perubahan pola
pendekatan bisnis yang mulai mengarahkan usaha dengan pendekatan aktivitas bisnis
berbasis kelestarian lingkungan.
Pemasaran yang berbasis pada
kelestarian lingkungan “environmental marketing” merupakan perkembangan baru
dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang yang potensial dan
strategis yang memiliki keuntungan ganda (Multiplier effect) baik pelaku bisnis
maupun masyarakat sebagai pengguna.
Pendekatan Pemasaran hijau (green
marketing approach ) pada area produk diyakini dapat meningkatkan integrasi
dari isu lingkungan pada seluruh aspek dari aktivitas perusahaan, mulai dari
formulasi strategi, perencanaan, penyusunan, sampai produksi dan penyaluran
atau distribusi dengan pelanggan. Sebagaimana oleh Pride and Ferrell, 1993 dalam Nanere (2010), mengatakan bahwa green marketing dideskripsikan sebagai usaha organisasi atau
perusahaan mendesign, promosi, harga dan distribusi produk-produk yang tidak
merugikan lingkungan. Pujari dan Wright
(1995) mengungkapkan bahwa pemasar (marketer) perlu memandang fenomena tersebut
sebagai satu hal yang berpotensi sebagai peluang bisnis.
Kalafatis et al., (1999)
mengatakan bahwa para pemasar memandang fenomena dalam lingkungan pemasaran
sebagai kesempatan bisnis dalam upaya perusahaan mengembangkan dan
mengimplementasikan rencana jangka panjangnya secara proaktif pada strategi
lingkungan perusahaan. Ottman (1994) mengatakan bahwa saat ini perhatian
pemasar harus banyak dicurahkan pada environmental marketing. Implikasi yang
paling signifikan dari kondisi tersebut bagi pemasar barang dan jasa adalah
bahwa tindakan konsumen didasarkan atas nilai-nilai melalui kekuatan keputusan
pembelian konsumen (Dharmmesta, 1997). Czinkota and Ronkainen (1992) dalam
Lozada (2000) mengemukakan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh solusi pada
tantangan lingkungan melalui marketing strategic, produk, dan pelayanan agar
dapat tetap bersaing. Byrne (2003) mengungkapkan bahwa environmental atau green
marketing (pemasaran hijau) merupakan fokus baru dalam usaha bisnis, yaitu
sebuah pendekatan pemasaran strategik yang mulai mencuat dan menjadi perhatian
banyak pihak mulai akhir abad 20. Kondisi ini menuntut pemasar (marketer) untuk
lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan.
Di samping itu, perusahaan
menggunakan istilah pemasaran hijau (green marketing), sebagai upaya
mendapatkan kesempatan untuk meraih tujuan perusahaan. Hal ini terlihat pada
perhatian pelaku bisnis terhadap isu-isu lingkungan dan kesehatan dengan
meningkatnya pasar yang peduli lingkungan (Laroche, et al., 2001). Bahkan
ditunjukkan dengan maraknya para pelaku bisnis yang menerapkan standar
internasional atau lebih dikenal dengan
ISO-14000. Untuk pemasaran produk
organik di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli dan
keputusan pembelian masih terbungkus dalam konsep bauran pemasaran dan
karakteristik demografi (Haryadi, 2009; Ardianti, 2008; Junaedi, 2007).
Oleh karena itu, green marketing
oleh beberapa peneliti dianggap gagal dalam memberikan kontribusi lebih lanjut
pada isu lingkungan dan kesehatan atas pengintegrasian potensi keunggulan
bersaing dengan kepedulian lingkungan sebagai strategi bisnis (Buchholz, 1998;
Hawken, et al., 1999; Straughan & Roberts, 1998; Vlosky, et al., 1999 dalam
Byrne, 2002). Jika isu lingkungan (polusi, perlindungan terhadap spesies, dan
produk yang dapat di daur ulang) memiliki arti penting bagi konsumen dalam
memilih produk, dan jika suatu perusahaan di dalam pasar menjadi satu-satunya
yang memberi tawaran dengan suatu bauran pemasaran lingkungan di antara para
pesaingnya, maka perusahaan harus memiliki strategic competitive advantage yang
tinggi (Cravens, 2000).
Kilbourne (1998) melaporkan bahwa
kegagalan pemasaran hijau yang bergerak melampaui keterbatasan paradigma yang
berlaku. Walaupun ada perkembangan makro yang baru dalam pemikiran pemasaran
yang mengarah pada pemasaran hijau keberlanjutan dengan berpikir secara
holistik. Namun keterbatasan paradigma yang berlaku tersebut, jika masih dalam
lintasan disiplin yang sama, dipastikan tidak berubah, kecuali menggabungkan
beberapa dimensi secara multidisiplin untuk dikembangkan. Kline
mengidentifikasi daerah-daerah yang harus diperiksa atas pengaruh pemasaran
lingkungan yaitu ekonomi, politik dan dimensi teknologi, budaya.
Studi terdahulu mengenai
keputusan pembelian hijau (green buying), yang didefinisikan sebagai perilaku pembelian
yang memberikan manfaat bagi lingkungan (Mainieri, et al., 1997), dapat
didekati dari berbagai sudut. Pendekatan yang paling banyak digunakan adalah
meneliti karakteristik pelanggan hijau secara demografis dan psikografis.
Faktor demografis meliputi faktor karakteristik pelanggan yang dapat
terobservasi seperti usia, pendidikan, pendapatan. Sedangkan faktor psikografis
adalah faktor karakteristik pelanggan yang bersifat psikologis dan subyektif
seperti nilai, kepercayaan dan sikap (Sari, H, 2008; Solomon, 2007).
Di Indonesia, Sistya (2002)
melakukan studi terhadap karakteristik demografis dan hubungannya dengan
kesediaan untuk membayar lebih mahal untuk produk hijau. Penelitian tersebut
dilakukan terhadap 300 responden di Jakarta berdasarkan model penelitian yang
dikembangkan oleh Laroche, et al., (2001). Hasilnya menunjukkan bahwa 207
responden (69%) bersedia membayar produk hijau lebih mahal. Karakteristik dari
kelompok responden ini adalah wanita, berusia 21-25 tahun, belum menikah,
pendidikan terakhir Sarjana, dan pengeluaran rutin 2 juta – 5 juta rupiah
setiap bulan. Sedangkan pada hasil survai konsumen hijau di Yunani menunjukkan
profil sosio demografi pembeli produk organik mayoritas adalah wanita yang
membeli dalam kuantitas besar (Fotopoulos dan Krystallis, 2002).
Perkembangan pemasaran hijau di
Indonesia diakui berjalan lambat meskipun memiliki potensi yang besar. Hal ini
terlihat pada peningkatan pola konsumsi produk-produk ramah lingkungan terutama
produk organik (Kompas, 2007). Produk organik (organic product) adalah bagian dari
karakteristik produk-produk hijau (green products). Produk organik sebagai
produk alami atau bebas dari zat kimia/pestisida, saat ini menjadi tren
diberbagai negara di dunia. Kecenderungan pergeseran pola konsumsi konsumen
dari mengkonsumsi produk konvensional ke produk organik telah menjadi sebuah
fenomena menarik dewasa ini. Pergeseran pola hidup back to nature, telah
menjadi pilihan yang bijak untuk memenuhi gaya hidup sehat. Pandangan tersebut,
terlihat pada kecenderungan konsumen memilih bahan-bahan produk organik
(organic product) dan produk-produk ramah lingkungan (green product) yang
semakin meningkat.
Dari berbagai studi yang ada,
diperoleh bahwa perhatian dan keinginan terhadap makanan organik dan perilaku membeli
produk makanan organik semakin meningkat saat ini (Lampkin (1999). Selanjutnya
Von Alvensleben (1998) dalam Tarkiainen dan Sundqvist, 2005) mengatakan bahwa
konsumen memiliki sikap positif terhadap makanan organik (Tarkiainen and
Sundqvist, 2005; Magistris and Gracia, 2008; Cook, Kerr and Moore, 2002; Chen
,2009). Demikian halnya dengan faktor kesehatan, gaya hidup, dan lingkungan
menjadi hal penting ketertarikan konsumen untuk membeli produk organik
itu. Tarkiainen and Sundqvist, 2005;
Chen, 2009; Tsakiridou and Mattas, 2007; Kalafatis, et al.,1999, melaporkan
bahwa kesehatan adalah faktor yang sangat penting konsumen membeli produk
organik. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Schifferstein dan Oude Ophuis
(1998) dalam Magnusson,et al.,(2001), dalam penelitian pada konsumen di
Belanda, yang menyimpulkan bahwa kesehatan adalah motif yang lebih penting
untuk konsumen membeli. Studi green marketing khususnya produk organik di
berbagai negara menyimpulkan ada beberapa alasan membeli produk makanan organik,
mulai dari kepedulian dan kesadaran pada Iingkungan sampai motivasi perdagangan
yang adil. Sebagian besar konsumen
organik menyatakan bahwa alasan kesehatan menjadi pendorong mereka mengkonsumsi
produk organik (Padel and Foster, 2005; Chinnici, et al., 2002; Shepherd, et
al., 2005; Radman, 2005; Connor dan Douglas, 2001; Gilg, et al., 2005; Lea, et
al., 2005; Gupta, et al., 1996; Zanoli dan Naspetti, 2002; Makatouni,
2002). Sedangkan faktor lainnya yang
banyak memiliki preferensi dan minat konsumen yang tinggi pada makanan organic,
seperti status sosial, gaya hidup dan lainnya (Ekelund,1989; Misra et al, 1991;
Wandel and Bugge, 1997; Tsakiridou et al., 2007). Namun demikian, proporsi
konsumen yang secara regular membeli makanan organik masih rendah (Von
Alvensleben, 1997; Grunnert and Kristenssen, 1995; Wandel and Bugge, 1997), hal
ini menunjukkan bahwa sikap positif terhadap makanan atau produk organik tidak
secara langsung membuat konsumen memutuskan untuk membeli. Rendahnya tingkat
pembelian makanan organik disebabkan oleh mahalnya harga makanan organik dan
rendahnya ketersediaan (Tregear et al, 1994; Magnusson et al, 2001; Fotopoulos
and krystallis, 2002; Radman, 2005).
Keberadaan produk organik di kota
manado menurut pengelola pasar modern (Supermarket), bahwa produk ini
sesungguhnya telah ada (dijual) sejak berdirinya supermarket, namun jumlah item
dari produk organik tidak begitu banyak, hal ini dikarenakan karakteristik
produk belum banyak diketahui oleh konsumen, demikian proses pengorderan dari supplier relatif memerlukan waktu yang panjang dan
penyimpanannya memerlukan perlakuan khusus. Masalah lain
yang dianggap penting yaitu belum adanya data pelanggan yang membeli produk ini
oleh pemilik swalayan maupun pihak-pihak yang berkompeten dengan produk ini.
Sehingga perilaku membeli dan mengkonsumsi dari konsumen belum dapat diketahui.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis berharap dapat mendapatkan
informasi yang banyak tentang perilaku konsumen membeli produk organik dengan
pendekatan green marketing.
Untuk mengetahui, menjelaskan dan
memahami keberadaan green marketing dan keputusan pembelian produk organik pada
pelanggan atau konsumen di kota manado, salah satu teori yang dijadikan acuan
dalam penelitian ini adalah teori perilaku terencana (theory of planned
behavior) oleh Ajzen (1988). Adapun teori perilaku terencana bertujuan untuk
menjelaskan dan memprediksikan pengaruh dimensi minat yaitu sikap, norma
subjektif dan kontrol perilaku terhadap perilaku pembelian. Tarkiainen, et al
(2005) memodifikasi model teori perilaku terencana ini dengan menambahkan
variabel kesadaran kesehatan, persepsi harga dan ketersediaan produk sebagai
variabel dengan menempatkan variabel minat sebagai interviening untuk memahami
perilaku pembelian berulang makanan organik di Finlandia. Sedangkan Magistris
dan Gracia (2008) meneliti pengaruh pengetahuan organik terhadap sikap dan
perilaku pembelian makanan organik di Italia. Penelitian ini menggabungkan
kedua variabel tersebut sebagai variabel anteseden yang mempengaruhi sikap
konsumen terhadap makanan organik. Kalafatis, et al., (1999) melaporkan bahwa
perilaku pembelian produk hijau dengan penelitian silang antara konsumen Yunani
dan Inggris dengan mempergunakan theory
of planned behavior tanpa memodifikasi model yang ditawarkan oleh Ajzen, dengan
menghubungkan secara tidak langsung sikap terhadap perilaku dan kontrol
perilaku ke minat melalui norma subjektif, dilaporkan bahwa perhatian terhadap
lingkungan dan kemauan konsumen untuk merubah perilaku pembelian mereka dengan
memilih produk-produk ramah lingkungan (environmentally friendly) dalam
korelasi yang rendah.
Berdasarkan uraian diatas, sangat
perlu dilakukan suatu kajian teoritis dan empiris tentang determinasi green
marketing, minat membeli dan keputusan pembelian, dengan judul: Green Marketing
dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian melalui Minat Membeli Produk
Organik (Organic Product) : Studi pada Pelanggan Produk Organik di Kota Manado.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang diuraikan diatas, dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah Green Marketing
berpengaruh terhadap Minat membeli Produk Organik?
2. Apakah Green Marketing
berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Produk Organik?
3. Apakah Minat membeli berpengaruh
terhadap terbentuknya Keputusan Pembelian Produk Organik?
4. Apakah Green Marketing
berpengaruh terhadap Keputusan pembelian
melalui Minat membeli Produk Organik?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Menguji dan menganalisis
pengaruh Green Marketing terhadap Minat membeli Produk Organik.
2. Menguji dan menganalisis
apakah Green Marketing berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Produk Organik.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh
Minat membeli terhadap terbentuknya
Keputusan Membeli Produk Organik.
4. Menguji dan menganalisis
apakah Green Marketing berpengaruh terhadap
Keputusan pembelian melalui Minat membeli Produk Organik.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberkan manfaat baik secara teoritis maupun secara empiris dalam bidang
kajian Perilaku konsumen, terutama dalam menjelaskan dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk organik (organic Product)
dalam konsep Green Marketing.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian
ini bermanfaat untuk:
1. Pengembangan Ilmu pemasaran
yang berkaitan dengan perilaku konsumen, terutama dalam bidang perilaku
individu dalam konsep Green Marketing dan keputusan membeli produk organik.
2. Pengembangan theory of planned
behavior dalam berbagai kajian bidang ilmu.
3. Sebagai perluasan pemahaman
tentang konsep perilaku konsumen sebagai individu yang memiliki kecenderungan
dan minat terutama dalam proses membeli produk organik.
1.4.2 Manfaat Empiris
Secara empiris hasil penelitian
ini bermanfaat kepada:
1. Produsen produk organik dalam
memahami kecenderungan dan minat konsumen sebagai individu dalam pembelian
produk organik.
2. Pemerintah khususnya
departemen pertanian yang sedang menggalakkan program “Go Organic 2010” dalam
rangka memahami pasar konsumen produk organik dari sudut pandang individu
konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Pemasaran Hijau (Green Marketing)
Istilah green marketing
(pemasaran hijau) sebagai salah satu usaha strategis dalam menciptakan bisnis
yang berbasis lingkungan dan kesehatan telah dikenal pada akhir tahun 1980-an
dan awal 1990-an. The American Marketing Associate (AMA) pada tahun 1975
mengadakan seminar pertama tentang ”Ecological marketing”, seminar ini
menghasilkan buku pertama tentang Pemasaran hijau (green marketing) berjudul
”Ecological Marketing” (Henion and Kinnear, 1978) dan sejak saat itu banyak
buku tentang topik tersebut dipublikasikan (Charter 1992, Ottman 1994). Pride
and Ferrell, 1993 dalam Nanere,
(2010), mengatakan bahwa green
marketing dideskripsikan sebagai usaha
organisasi/ perusahaan mendesign, promosi, harga dan distribusi produk-produk
yang tidak merugikan lingkungan.
American Marketing Associate
(AMA) mendefinisikan green marketing is the marketing of products that are
presumed to be environmentally safe (sebagai suatu proses pemasaran
produk-produk yang diasumsikan aman terhadap lingkungan). Polonsky, Rosenberger
and Ottman (1998), mendefinisikan green marketing sebagai “All activities
designed to generate and facilitate any axchange intended to satisfy human needs or wants,
such that the satisfaction of these needs and
wants occurs, with minimal detrimental impact on the natural
environment” (Green marketing adalah konsistensi dari semua aktifitas yang
mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan dan keinginan
manusia, dengan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan alam). Shields
mengemukakan “ The efforts by organizations to produce, promote, package, and
reclaim product in a manner that is sensitive or responsive to ecological
concerns (Usaha dari organisasi untuk memproduksi, menjalankan, mengemas dan
membuat produk yang peduli terhadap lingkungan)
(Http://www.flickr.com/photos/cali2okie/2399377732/).
Mintu and Lozada (1993) dalam
Lozada (2000) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) sebagai
“aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan
kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan,
perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik”. Sedangkan Pride and Farrel
(1993) mendefinisikan Pemasaran hijau (green marketing) sebagai sebuah upaya
orang mendesain, mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak
lingkungan. Charter (1992) memberikan definisi Pemasaran hijau (green
marketing) merupakan holistik, tanggung jawab strategik proses manajemen yang
mengidentifikasi, mengantisipasi, memuaskan dan memenuhi kebutuhan stakeholders
untuk memberi penghargaan yang wajar, yang tidak menimbulkan kerugian kepada
manusia atau kesehatan lingkungan alam. Ottman (2006) mengemukakan bahwa
dimensi green marketing, dengan mengintegrasikan lingkungan ke dalam semua
aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green
communication).
2.1.2 Produk Hijau
Kasali (2005) mendefinisikan,
produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia
dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan,
dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Selanjutnya, Nugrahadi (2002)
mengemukakan, produk hijau (green product) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu
produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek
yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan
pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang
dapat didaur ulang. Ottman (2006) mendefinisikan green product are typically
durable, nontoxic, made from recycled materials or minimally packaged (produk
hijau biasanya tahan lama, tidak beracun, terbuat dari bahan daur ulang).
Dari pendapat-pendapat para ahli
di atas dapat kita buat suatu kesimpulan tentang karakteristik produk hijau,
yaitu:
a) Produk tidak mengandung toxic,
b) Produk lebih tahan lama,
c) produk menggunakan bahan baku
yang dapat didaur ulang,
d) produk menggunakan bahan baku
dari bahan daur ulang,
e) Produk tidak menggunakan bahan
yang dapat merusak lingkungan,
f) Tidak melibatkan uji produk
yang melibatkan binatang apabila tidak betul-betul diperlukan,
g) Selama penggunaan tidak
merusak lingkungan,
h) Menggunakan kemasan yang
sederhana dan menyediakan produk isi ulang,
i) Tidak membahayakan bagi
kesehatan manusia dan hewan,
j) Tidak menghabiskan banyak
energi dan sumberdaya lainya selama pemrosesan, penggunaan, dan penjualan,
k) Tidak menghasilkan sampah yang
tidak berguna akibat kemasan dalam jangka waktu yang singkat.
2.1.3 Bauran Pemasaran
Pemasaran berhubungan dengan
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan msyarakat. Salah satu
definisi pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.
McCarthy mengklasifikasikan
alat-alat ini menjadi empat kelompok besar, yang disebutnya empat (4) P tentang
pemasaran: produk (Product), Harga (Price), Promosi (Promotion), dan Tempat
(Place). McCarthy(1996) dalam Kotler dan Keller (2007).
Menurut Payne (2000), konsep
bauran pemasaran merupakan alat yang dikembangkan dengan baik yang dipakai
sebagai struktur oleh para pemasar. Konsep ini terdiri dari berbagai macam
unsur program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar berhasil melaksanakan
strategi dengan segmentation, targeting, dan positioning pemasaran dalam
pasar-pasar perusahan tersebut. Karena
itu, bauran pemasaran dapat dikatakan sebagai fungsi pemasaran yang merupakan
perpaduan dari berbagai faktor yang dapat dikendalikan oleh suatu organisasi
pemasaran yang dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan suatu golongan konsumen
tertentu. Berbagai faktor ini biasanya
diselaraskan dengan kebijakan perusahaan yang terus menyesuaikan dengan
lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan mengikuti perilaku konsumen.
Bauran pemasaran dapat dikatakan
sebagai inti dari suatu sistem pemasaran yang ada didalam perusahaan. Oleh Stanton (1991) bauran pemasaran dapat
diartikan sebagai kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran perusahaan yang terdiri dari produk, struktur harga,
kegiatan promosi, dan sistem distribusi.
Zeithaml and Bitner (2000)
memaknai bauran pemasaran sebagai elemen-elemen organisasi perusahaan yang
dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan
akan dipakai untuk memuaskan konsumen.
Sedangkan Kotler (2000) menyatakan bauran pemasaran adalah sekumpulan
alat pemasaran (marketing mix) yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Dengan demikian bauran pemasaran
merupakan bentuk instrumen pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pemasar yang
digunakan untuk melakukan komunikasi dengan konsumen dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran pemasaran sesuai dengan target pasar yang ditujunya. Semua faktor bauran pemasaran dapat dikatakan
sama pentingnya, namun dalam kenyataannya mungkin ada salah satu yang lebih
menonjol dari pada yang lain. Hal ini
disebabkan karena pengaruh lingkungan ekternal seperti persaingan, dan kondisi
ekonomi, serta bentuk pasar yang ada.
2.1.3.1 Produk
Secara konseptual, produk adalah
pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai
usaha mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli
pasar. Selain itu produk dapat didefinisikan
juga persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil
produsinya. Tjiptono (2008), Secara
lebih rinci mengurakan tentang konsep produk total meliputi barang, kemasan,
merek, label, pelayanan, dan jaminan .
2.1.3.2 Harga
Harga ditetapkan tentu saja
memiliki tujuan tertentu bagi produsen dan konsumen. Menurut Tjiptono (2008), tujuan penetapan
harga karena memiliki maksud seperti: Tujuan berorientasi pada laba; Tujuan
berorientasi pada volume; Tujuan berorientasi pada citra, dan Tujuan
stabilisasi harga, serta Tujuan-tujuan lainnya.
2.1.3.3 Tempat atau Saluran
distribusi atau Lokasi
Saluran distribusi atau tempat atau lokasi
merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan
perusahaan dalam menjual produk. Menurut
Payne (2000) lokasi berkenaan dengan keputusan perusahaan mengenai dimana
operasi dan staf akan ditempatkan.
Menurut Payne (2000) ada tiga jenis interaksi antara produsen dengan
konsumen yaitu: Pelanggan mendatangi produsen, Produsen mendatangi pelanggan,
dan Produsen dan konsumen melakukan transaksi bisnis melalui pihak ketiga.
2.1.3.4 Promosi
Menurut Stern (1989) pemilihan
atau penentuan alat promosi akan tergantung pada tujuan promosi. Tjiptono (2008) melihat tujuan utama promosi
adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan
pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Ketiga tujuan promosi itu dijabarkan sebagai
berikut: Menginformasikan (informing), Membujuk pelanggan sasaran (pesuating),
Mengingatkan (reminding).
Setelah mengetahui tujuan promosi
barulah perusahaan memilih alat promosi yang paling sesuai. Alat promosi yang
sering digunakan antara lain iklan, personal selling, promosi penjualan, dan
publisitas (Stanton, 1987). Oleh
Tjiptono (2008) dinamakan bauran promosi yang terdiri dari: Personal selling,
Mass selling terdiri dari periklanan dan publisitas, Publisitas, Sales
Promotion (Promosi penjualan), Public relations (hubungan masyarakat), dan
Direct marketing.
2.1.4 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu
studi yang didalamnya mencakup suatu proses seseorang atau kelompok dalam
menyeleksi, memilih, membeli, dan menggunakan atau membuang suatu produk, jasa,
ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan (Solomon, 2002).
Menurut Ma’ruf (2005), perilaku konsumen (consumer behavior) adalah proses yang
terjadi pada konsumen ketika memutuskan untuk membeli, apa yang dibeli, dimana,
kapan, dan bagaimana membelinya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwasanya
perilaku konsumen merupakan suatu proses yang terus-menerus
(berkesinambungan).
Perilaku pembelian konsumen
dimulai dari perilaku konsumen itu sendiri. Engel et. al, (1994) menyatakan
bahwa, "perilaku konsumen dapat didefenisikan sebagai berikut :
"Kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha
memperoleh, mengkonsumsi, dan menghasilkan barang dan jasa, termasuk proses
kebutuhan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini".
Menurut Swasta dan Handoko
(2002), perilaku konsumen adalah kegiatan yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan serta mempergunakan barang dan jasa.
Termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Jadi, berdasarkan penelitian diatas, terdapat dua elemen yang penting dalam perilaku
konsumen : Proses pengambilan keputusan, dan Kegiatan fisik.
Selain dipengaruhi oleh stimulus,
pengambilan keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh motivasi
konsumen.Konsumen memiliki motivasi yang selalu berubah mengenai keinginan,
persepsi serta preferensi.Kadangkala suatu saat konsumen menyukai suatu barang,
tetapi dilain waktu dia bisa tidak menyukai barang tersebut.
Perubahan-perubahan seperti ini harus terus diikuti oleh produsen jika tidak
ingin ditinggalkan oleh konsumen.Untuk itu, mempelajari motivasi pembelian merupakan
suatu area penting dalam kegiatan pemasaran.
2.1.4.1 Motivasi Pembelian
Motivasi berasal dari bahasa
latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi merupakan aspek
yang penting dalam ilmu perilaku konsumen karena motivasi adalah hal yang
menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia (Nugroho, 2003).
Menurut American Encyclopedia dalam Nugroho (2003), motivasi adalah
kecendrungan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan.
Pemahaman mengenai motivasi bukanlah hal yang mudah. Motivasi merupakan sesuatu
yang ada dalam diri seseorang dan tidak tampak dari luar. Motivasi akan nampak
melalui perilaku seseorang yang dapat dilihat atau diamati.
Setiap konsumen mempunyai dua
sifat motivasi pembelian yang saling tumpang tindih dalam dirinya, yaitu
rasional dan emosional. Menurut Ma’ruf (2005), ada dua tipe motivasi dalam
pembelian : Emosional, dan Rasional
2.1.4.2 Tipe-Tipe Pembelian
Cobb and Hoyer dalam Geoff and
Clive (1998) menyatakan bahwasanya terdapat tiga tipe pembelian yaitu:
1. Pembelian yang direncanakan
(planned),
2. Pembelian yang setengah
direncanakan (partial planner)
3. Pembelian impulsif,
2.1.5 Teori Perilaku Rencanaan
(Theory of Planned Behavior)
Teori perilaku rencanaan (theory
of planned behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari theory
of reasoned action (TRA). Icek Ajzen mengembangkan teori TPB ini. (Ajzen,1988). Ajzen (1988)
menambahkan sebuah konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini disebut dengan
kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini
ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh
kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan
sumber-sumber daya yang digunakan untuk melakukan perilakunya. (Chau and Hu
2002).
2.1.5.1 Model Teori Perilaku
Rencanaan
Dengan menambahkan sebuah
konstruk ini, yaitu control perilaku persepsian (perceived behavioral control).
Teori perilaku rencanaan (theory
of planned Behavior) merupakan perkembangan dari teori tindakan beralasan
(theory of reasoned action). Seperti telah dibahas di bab sebelumnya, bahwa
teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) dirancang untuk berhubugan
dengan perilaku-perilaku yang mana orang-orang mempunyai tingkat yang tinggi terhadap
control kemauannya (volitional control) dan mengasumsikan bahwa semua perilaku
adalah domain-domain dari
personality dan psikologi sosial. Teori
perilaku rencanaan (theory of planned behavior) secara eksplisit mengenal
kemungkinan bahwa banyak perilaku tidak semuanya di bawah control penuh sehinga
konsep dari control perilaku persepsian (perceived behavioral control)
ditambahkan untuk menangani perilaku-perilaku semacam ini. Jika semua perilaku
dapat dikontrol sepenuhnya oleh individual-individual, yaitu kontrol perilaku
(behavioral control) mendekati maksimum, maka teori perilaku rencanaan (theory
of planned behavior) kembali menjadi teori tindakan beralasan (theory of
reasoned action).
2.1.5.2 Sikap Terhadap Perilaku
Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku.
Sikap (attitude) adalah evaluasi
kepercayaan (belief) atau perasaan positif atau negative dari seseorang jika
harus melakukan perilaku yang ditentukan.
2.1.5.3 Norma-Norma Subjektif Dan
Pengaruhnya Terhadap Minat Dan Perilaku
Ajzen (1991) dalam Jogiyanto
(2007) mengemukakan bahwa norma-norma subjektif (subjective norms) adalah
persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain
yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
sedang dipertimbangkan.
2.1.5.4 Kontrol Perilaku
Persepsian Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Perilaku
Kontrol perilaku persepsian didefinisikan oleh Ajzen (1991:88) sebagai
kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku “the perceived
ease or difficult of performing the behavior”. Taylor dan Todd (1995:149)
mendefinisikan Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control)
sebagai persepsi dan konstruk-konstruk internal dan eksternal dari perilaku.
Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ini merefleksikan
pengalaman masa lalu dan juga mengantisipasi halangan-halangan yang ada.
2.1.6 Minat Perilaku Dan
Pengaruhnya Terhadap Perilaku
Minat merupakan “salah satu aspek
psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan
minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas atau tindakan” (Schiffman & Kanuk, 2007).
Theory of reasoned action
menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individual mempunyai minat atau
keinginan untuk melakukannya. Terkait dengan model TPB, minat perilaku adalah
suatu fungsi dari sikap, norma-norma subjektif, dan kontrol perilaku persepsian
terhadap perilaku. Ini berarti bahwa minat seseorang untuk melakukan perilaku
diprediksi oleh sikapnya terhadap perilakunya dan bagaimana dia berpikir, orang
lain akan menilainya jika individu tersebut melakukan perilaku itu, dan
selanjutnya kepercayaan-kepercayaan
internal dan eksternal yang dipersepsikan sebagai pengontrol. Schiffman
& Kanuk (2007) mengemukakan bahwa minat membeli merupakan “aktivitas psikis
yang timbul karena adanya perasaan (afektif) dan pikiran (kognitif) terhadap
suatu barang atau jasa yang diinginkan”. Sehingga minat membeli dapat diartikan
sebagai suatu sikap senang terhadap suatu obyek yang membuat individu berusaha
untuk mendapatkan obyek tersebut dengan cara membayarnya dengan uang atau
dengan pengorbanan. Dalam hubungan dengan penelitian ini, minat
merupakan variabel interviening antara variabel Green marketing dan keputusan
pembelian produk organik.
2.2 Telaah Hasil penelitian
terdahulu
Terkait penelitian tentang “Green
Marketing” dan pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian melalui Minat Beli
produk organik, untuk memberikan deskripsi dan kerangka konseptual yang lebih
komprehensif, penelitian ini dilengkapi dengan hasil-hasil penelitian terdahulu
yang sangat menunjang dan bersifat menguatkan atau melemahkan posisi bahasan
topik penelitian ini. Selain penjelasan, penelitian terdahulu tergambar dalam
bentuk maping pada tabel matriks.
o Tarkiainen and Sundqvist (2006)
melakukan penelitian dengan judul “Subjective Norms, Attitudes and Intentions
of Finnish Consumers in Buying Organic Food”.
o Magistris and Gracia (2008)
dalam penelitian yang berjudul “The decision to buy organic food products in
Southern Italy”.
o Kalafatis et al.,(1999)
melakukan penelitian dengan judul ”Green Marketing and Ajzen’s Theory of
Planned Behavior: A cross-Market examination”.
o Haryadi R (2009) melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Green Marketing terhadap Pilihan Konsumen
melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi kasus pada The Body Shop Jakarta).
o Fotopoulos dan Krystalis (2002)
melakukan penelitian dengan judul “Purchasing motives and profile of the Greek
Organic Consumer: A countrywide survey”.
o Marija Radman (2005) melakukan
penelitian dengan judul ”Consumer consumption and perception of organic
products in Croatia”.
o Tsakiridou et al.,(2007)
melakukan penelitian dengan judul, “Attitudes And Behavior Towards Organic
Products: An Exploratory Study”.
o Zanoli & Naspetti (2002)
dalam penelitian yang berjudul, “ Consumer Motivations in the Purchase of
Organic food: A Means-End Approach”.
o Magnusson, et al., (2001)
melakukan penelitian dengan judul,” Attitudes toward Organic Foods among
Swedish Consumers”.
o Tregear, Dent & McGregor
(1994) dalam penelitian yang berjudul ”The Demand for Organically Grown
Produce”,
o Hasrini sari (2008) dalam
penelitian yang berjudul “Pemasaran Produk Hijau : Profil Pelanggan berdasarkan
Usia, Gender, Pendidikan, dan Pengalaman membeli.
o Junaedi S.MF (2008) melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Gender Sebagai Pemoderasi Pengembangan Model
Perilaku Konsumen Hijau Di Indonesia”.
o Junaedi S.MF (2003), “ Analisis faktor demografi, akses media dan sumber
informasi Terhadap kepedulian dan kesadaran lingkungan konsumen: Kajian
pemasaran yang berwawasan sosial”.
Hasil penelitian terdahulu
diatas, membenarkan/ menjustifikasi determinan perilaku pembelian produk hijau
dan produk organik yang ramah lingkungan. Secara umum, mampu mengungkapkan dan
menjelaskan bahwa permodelan dari Theory of Planned Behavior/TPB (Teori
perilaku rencanaan) dari Ajzen (1991), yang meliputi Minat perilaku, Sikap
terhadap Perilaku, Norma-norma Subjektif, dan Kontrol perilaku persepsian,
merupakan determinan dari perilaku pembelian (Keputusan membeli) produk
organik/produk hijau yang ramah lingkungan (Kalafatis, et
al.,1999; Tarkiainen and Sundqvist, 2006; Magistris and Gracia, 2008;
Tsakiridou et al.,2007; Junaedi,2008; Magnusson, et al., 2001). Selain
permodelan dari TPB, penelitian lain yang melihat dari konsep pemasaran yang
dideskripsikan sebagai bauran pemasaran atau marketing mix menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap niat beli dan keputusan pembelian (Haryadi, 2009; Tregear,
Dent & McGregor,1994; Fotopoulos dan Krystalis, 2002; Radman, 2005; Zanoli
& Naspetti, 2002; Junaedi, 2003; Hasrini, 2008).
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibangun
dalam penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan tentang penelitian yang
akan dilakukan penulis secara keseluruhan, yaitu menguji, menganalisis dan
menjelaskan Green Marketing dan pengaruhnya terhadap Keputusan pembelian
melalui Minat membeli produk organik di Kota Manado. Kerangka penelitian ini menggambarkan
paradigma metode penelitian secara komprehensip, yang dapat digambarkan dalam
suatu kerangka proses berpikir.
Gambaran hubungan antar variabel
dalam penelitian ini secara substansial, yang menjelaskan alur hubungan antar
variabel Green Marketing dan pengaruhnya terhadap Keputusan pembelian melalui
Minat membeli produk organik di Kota Manado.
Berdasarkan kerangka konsep, yang telah diuraikan diatas dan untuk
menjawab permasalahan penelitian ini, maka kerangka konsep tersebut dijabarkan
dalam kerangka alur hubungan antar variabel seperti yang tampak pada gambar
berikut:
Kerangka Konseptual dan Hubungan
Antar Variabel
Variabel Green Marketing dengan
pendekatan Marketing Mix / Bauran
pemasaran, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi sebagai indikator, oleh Kotler (2000) dan Kotler and Keller
(2007) dinyatakan sebagai stimulus pemasaran yang memiliki pengaruh terhadap
perilaku konsumen yang dideskripsikan sebagai keputusan pembelian. Hal ini dibenarkan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Haryadi(2009), dikemukakan Green Marketing
dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan Marketing Mix. Banyak faktor
dapat mempengaruhi hubungan antara minat (intention) dan perilaku (behavior),
merujuk pada teori perilaku terencana (theory of planned behavior) merupakan
pengembangan lebih lanjut dari theory of reasoned action (TRA). Determinan
minat (intention) dan perilaku (behavior) menurut theory
of reasoned action adalah sikap, dan norma subyektif, Ajzen (1988)
mengembangkan Theory of planned behavior ini dengan menambahkan sebuah konstruk
(sebagai pengembangan theory of reasoned action) yakni kontrol perilaku
(perceived behavioral control). Variabel Minat membeli yaitu sikap, norma subjektif
dan kontrol perilaku yang melekat sesuai dengan pendapat Ajzen (1991) dalam Jogiyanto (2007) sikap merupakan suatu
evaluasi menyeluruh seseorang dalam melakukan suatu perilaku. Sikap mempunyai
peran yang penting dalam menjelaskan perilaku seseorang. Sikap (attitude)
seseorang, akan mempengaruhi minat yang akhirnya akan menentukan apakah
seseorang akan melakukan perilakunya atau tidak. Selain sikap norma subyektif
adalah determinan minat, norma subyektif menurut Ajzen (1991) merupakan
persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain
yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
sedang dipertimbangkan. Kontrol perilaku yang dipersepsi didefinisikan oleh
Ajzen (1991) sebagai persepsi kemudahan atau kesulitan untuk melakukan
perilaku.Minat sebagai kecendrungan (dorongan) seseorang untuk berperilaku.
Minat berperilaku menurut Fishbein (1992) dalam Jogiyanto (2007), merupakan
probabilitas subyektif seseorang bahwa ia akan melakukan suatu perilaku atau
beberapa perilaku yang berkaitan dengan subyek tertentu. Minat merupakan fungsi
dari sikap (attitude) ini berarti bahwa minat seseorang untuk melakukan
perilaku (behavioral intention) diprediksi oleh sikap terhadap perilakunya
(attitude towards the behavior). Variabel
keputusan pembelian diindikasikan sebagai keputusan aktual dan frekwensi
pembelian merupakan perilaku yang ditunjukkan atau tindakan nyata yang
dilakukan oleh individu (Jogiyanto, 2007: 25).
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka proses berpikir
dan alur hubungan antar variabel, yang telah diuraikan terdahulu dan untuk
menjawab permasalahan penelitian ini, maka dirumuskan hipotesis dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
Secara parsial, Kalafatis, et
al., 1999; Tarkiainen and Sundqvist (2006); Fotopoulos and Krystalis (2002);
Radman (2005); Magnusson, et al., (2001); Haryadi (2009); Junaedi, (2008),
membuktikan bahwa Variabel Green Marketing dengan pendekatan Marketing Mix,
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap minat membeli
dan keputusan pembelian. Hal ini sesuai kajian teoritis tentang green
marketing (marketing mix) oleh
Kotler (2000); Pride and Farrel (1993);
Lozada (2000) yang mendeskripsikan elemen-elemen bauran pemasaran dalam
hubungan dengan proses atau aplikasi dan tujuannya. Dari uraian teoritis dan
empiris, dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H1 Green Marketing memiliki
pengaruh terhadap Minat membeli konsumen pada produk-produk organik.
H2 Green Marketing berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk-produk organik.
Demikian halnya dengan minat
(Intention), Ajzen (1988) mengemukakan bahwa minat berperilaku merupakan variabel perantara
dalam membentuk perilaku. Kalafatis et
al. (1999) menyatakan bahwa teori
perilaku terencana (TPB) Ajzen (1991) reliable untuk digunakan dalam
memprediksi model minat pembelian produk ramah lingkungan. Berdasarkan uraian konsep teoritis dan kajian
empiris, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
H3 Minat membeli berpengaruh terhadap terbentuknya
Keputusan pembelian konsumen pada Produk-produk Organik.
H4 Green Marketing berpengaruh
terhadap Keputusan pembelian
melalui Minat membeli konsumen
pada Produk-produk Organik.
3.3 Identifikasi dan Definisi
Operasional Variabel
Berdasarkan dengan kerangka
konsep yang telah dijelaskan terdahulu, maka dapat dibuat identifikasi dan
operasionalisasi variabel.
3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini
meliputi:
a. Variabel Independen, yaitu:
Green Marketing (X1), dengan indikator-indikator: Produk
(Product) (X1.1), Harga (Price) (X1.2),
Tempat atau Saluran Distribusi (Place) (X1.3), Promosi (Promotion) (X1.4)
Minat Membeli (X2), dengan
indikator-indikator: Sikap (X2.1), Norma subjektif (X2.2), Kontrol perilaku
(X2.3)
b. Variabel Dependen, yaitu:
Keputusan Pembelian (Y), dengan
indikator-indikator: Keputusan aktual pembelian (Y1.1) Frekwensi pembelian
(Y1.2)
3.3.2 Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
Adapun operasionalisasi
variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Green Marketing
Green marketing didefinisikan sebagai upaya
untuk mendesain, mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak
lingkungan (Pride dan Farrel, 1993),
serta kemampuan mengaplikasikan alat-alat pemasaran untuk mencapai
tujuan baik perusahaan maupun individu (Lozada, 2000). Variabel ini
dioperasionalkan sebagai produk, harga, tempat atau saluran distribusi dan
promosi, untuk mengukur sejauhmana
kemampuan Green marketing dapat berpengaruh
secara langsung dan tidak langsung terhadap keputusan pembelian dan
minat membeli pelanggan produk organik. Pengukuran variabel ini menggunakan
skala likert 5 poin.
Minat Membeli (Intention to buy)
Minat (Intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk
melakukan perilaku. Dalam theory of reasoned action oleh Fishbein and Ajzen
(1980) mengindikasikan bahwa niat atau minat merupakan predictor yang paling
relevan untuk menentukan perilaku. Untuk itu, penelitian ini menempatkan Minat
membeli pada posisi prediktor dengan memasukkan sikap, norma subjektif, dan
kontrol perilaku sebagai dimensi yang membentuk minat perilaku. Pengukuran
variabel minat (intention) yang diadopsi dari Chan dan Lau (2000) dengan 5 poin
skala likert.
Keputusan Pembelian
Dalam penelitian ini, perilaku diistilahkan
dengan Keputusan pembelian. Adapun perilaku (behavior) adalah tindakan-tindakan
(action) atau reaksi-reaksi (reactions) dari suatu objek (Fishbein and Ajzen,
1980). Keputusan pembelian dioperasionalkan sebagai tindakan aktual dan
frekwensi pembelian yang dilakukan oleh seorang individu. Pengukuran konstruk ini, menggunakan skala
likert 5 poin.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan pola hubungannya,
jenis penelitian ini adalah explanatory research yang menjelaskan hubungan
kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa
(Singarimbun dan Efendi, 1995:5). Sedangkan pendekatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian dengan
pendekatan angka-angka baik dalam pengumpulan data, analisa data hingga
interpretasi data didasarkan pada hasilanalisa data yang berupa angka.
Sedangkan unit analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah individu
konsumen yang melakukan pembelian pada supermarket-supermarket yang menjual
produk organik di kota Manado.
4.2 Tempat/Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
beberapa pasar modern (Fresh Supermarket, Golden Supermarket, dan Gelael
Supermarket) yang terdapat di kota Manado dan sekitarnya. Waktu penelitian
adalah studi satu tahap (one-shot study) atau cross-sectional, dimana data
hanya sekali dikumpulkan, dalam satu periode waktu (Sekaran, 2006:177).
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan pelanggan yang melakukan pembelian produk organik pada
Supermarket dan di wilayah Kota Manado.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 120
responden, berdasarkan rekomendasi asumsi yang mendasari alat analisis jalur
(path analysis), yakni minimal sebanyak 100 responden (Sarwono, 2007:2).
Setelah ditentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden, maka penarikan
sampel menggunakan pendekatan Non-probability sampling, dikarenakan besarnya
populasi tidak diketahui (Maholtra, 2005) dengan jenis sampling yang dipilih
yaitu purposive sampling atau sampel bertujuan secara subjektif (Ferdinand,
2006). Pemilihan jenis ini berdasarkan penilaian dan kriteria tertentu yang
dapat mewakili baik statistik, signifikansi, dan prosedur pengujian
hipotesisnya (Ferdinand, 2006). Adapun kriteria yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah responden yang membeli dan mengkonsumsi produk organik.
1.4. Teknik Pengambilan Data
a) Kuisioner; b) Wawancara; c)
Studi Pustaka
1.5 Instrumen Penelitian
Instrumen pengukuran variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala likert, untuk mengukur sikap, pendapat dan
presepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial
(Sarwono, 2007).
1.6 Identifikasi dan Pengukuran Variabel
Penelitian
1.6.1 Identifikasi Variabel
Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2004).
1. Konstruk Eksogen (variabel
independen): Green Marketing (X1).
2. Konstruk Intervening : Minat
Membeli (X2).
3. Konstruk Endogen (variabel
dependen): Keputusan Pembelian (Y).
1.6.2 Uji Validitas Instrumen
Untuk mengukur validitas digunakan
rumus Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut : Rhitung (Riduwan
dan Kuncoro,2007:217) Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteria
penafsiran mengenai indeks korelasinya (rhitung) apabila nilai korelasi >
0.50 maka instrument tersebut valid. Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan
rumus :
t hitung (Riduwan dan Kuncoro, 2007:217) Kaidah
keputusan : jika t hitung> t
table atau Sig t < 0.05, maka valid; Jika t hitung< t table atau Sig t > 0.05, maka tidak valid
1.6.3 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan
tingkat ketepatan (keterandalan) alat pengumpul data (instrument) yang
digunakan. Uji reliabilitas instrument dilakukan dengan Metode alpha cronbach :
r11 (Riduwan dan Kuncoro, 2007:22) Kaidah
keputusan :
Jika r11> 0.6 berarti reliable
Jika r11< 0.6 berarti tidak reliable
4.7 Metode Analisis Data
4.7.1 Analisis Statistik
Deskriptif
Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk
mengungkap gambaran data yang telah dikumpulkan dari lokasi penelitian.
Pendeskripsian dapat dilakukan dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan
data melalui tabulasi frekuensi guna mengungkapkan kecendrungan data nominal
empirik seperti rata-rata hitung (mean), nilai tengah (median), nilai terbanyak
(modus), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maksimum). Hasil analisis
deskriptif berguna untuk mendukung penafsiran atau interpretasi hasil analisis
dengan teknik lainnya.
4.7.2 Analisis Inferensial
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang
representative, maka data-data yang telah dikumpulkan perlu diolah dengan
menggunakan alat analisis yang tepat. Berdasarkan kerangka teoritik dan
konseptual serta hipotesis pada penelitian ini, maka model analisis yang
digunakan adalah analisa faktor konfirmatori (confirmatory faktor analysis) dan
analisis jalur (path analysis), dengan menggunakan bantuan software SPSS 15
(Statistical Package for Social Science).
4.7.3 Analisis Faktor Konfirmatori
Metode analisa faktor akan digunakan pada
indikator-indikator pengukur variabel green marketing, minat membeli, dan
keputusan pembelian. Di satu sisi
analisa faktor digunakan untuk mereduksi dengan cara pengelompokan beberapa
indikator berdasarkan matrik korelasinya menjadi variabel-variabel yang lebih
sedikit jumlahnya yang disebut faktor, dan dilanjutkan dengan perhitungan skor
faktor dari variabel baru tersebut.
Prosedur yang dilakukan dalam analisa
faktor ini adalah sebagai berikut: merumuskan masalah, membuat matriks
korelasi, menentukan jumlah faktor, rotasi faktor, interpretasi faktor, dan
menentukan ketepatan model (Malhotra, 1993:622).
a. Merumuskan Masalah; b. Membuat
Matriks Korelasi; c. Penentuan Jumlah Faktor; d. Rotasi Faktor; e. Interpretasi
Faktor; f. Penentuan Skor Faktor; g. Penentuan Ketepatan Model.
4.7.4 Analisis Jalur ( Path
Analysis)
Metode untuk menganalisa data dalam penelitian
ini menggunakan analisa jalur. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007) menyatakan
bahwa analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen. Koefisien path ini menunjukkan
seberapa besar pengaruh perubahan satu variabel terhadap variabel yang lain.
Menurut Solimun (2002)
langkah-langkah dalam analisis path adalah sebagai berikut:
1.
Merancang model berdasarkan konsep dan teori,
yaitu:
Model Analisis Penelitian Persamaan untuk model hipotesis jalur
adalah:
ZX2 = PX2X1 ZX1 + e1
ZY = PYX1 ZX1 + PYX2 ZX2 + e2
2. Pemeriksaan terhadap asumsi
yang melandasi analisis jalur.
3. Pendugaan parameter atau
perhitungan koefisien path.
4. Pemeriksaan validitas model
5. Melakukan intepretasi hasil
analisis
4.7.5 Pengujian Hipotesis
Adapun pengujian hipotesis
dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
Ha diterima jika t hitung > t
tabel, dengan kata lain ada pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen. H0 diterima jika t hitung < t tabel, dengan kata lain variabel
eksogen tidak berpengaruh terhadap variabel endogen. Pengujian ini dilakukan
dengan derajat bebas/ degree of freedom 95% α = 0,05.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Kota Manado, khususnya pada pusat-pusat perbelanjaan di pusat kota Manado.
5.2 Karakteristik Demografi
Responden Penelitian
1) Karakteristik responden
berdasarkan Jenis Kelamin
2) Karakteristik responden
berdasarkan Status Perkawinan
3) Karakteristik responden
berdasarkan Tingkat Pendidikan
4) Karakteristik responden
berdasarkan Jenis Pekerjaan
5) Karakteristik responden
berdasarkan Tingkat Pendapatan
6) Karakteristik responden
berdasarkan Tingkat Usia
5.3 Uji Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen dinyatakan valid jika nilai
signifikansi t (sig t) dari hasil korelasi Pearson lebih kecil dari 0.05, dan
instrumen dinyatakan reliabel jika nilai alpha cronbach lebih besar dari 0.6.
5.3.1 Hasil Pengujian Validitas
Instrumen Variabel Green Marketing (X1)
Dari tabel di atas terlihat bahwa
dari ke 16 item pertanyaan dari 4
indikator variabel Green Marketing (X1) memiliki nilai korelasi antara 0.350
hingga 0.698. Dari besarnya korelasi diperoleh nilai thitung dan Sig t.
Terlihat seluruh nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 1.98, atau nilai Sig t
< 0.05 (tingkat kesalahan 5%), sehingga seluruh item pertanyaan dinyatakan
valid. Hal ini berarti keseluruhan indikator, valid untuk pengujian
selanjutnya. Dari hasil uji reliabilitas memperlihatkan nilai alpha cronbach
(r11) sebesar 0.854 (Tabel 5.10). Karena nilai ini lebih besar dari 0.6
sehingga instrumen untuk variabel Green Marketing (X1) dinyatakan reliabel. Hal
ini berarti semua indikator untuk masing-masing variabel reliabel dengan indeks
kuat dan sangat kuat untuk pengujian selanjutnya.
5.3.2 Hasil Pengujian Validitas
Instrumen Variabel Minat Membeli (X2)
Dari tabel di atas terlihat bahwa
dari ke 12 item pertanyaan dari 3 indikator variabel Minat Membeli (X2)
memiliki nilai korelasi antara 0.378 hingga 0.696. Dari besarnya korelasi
diperoleh nilai thitung dan Sig t. Terlihat seluruh nilai thitung > ttabel
yaitu sebesar 1.98, atau nilai Sig t < 0.05 (tingkat kesalahan 5%), sehingga
seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dari hasil uji reliabilitas
memperlihatkan nilai alpha cronbach (r11) sebesar 0.755 Karena nilai ini lebih
besar dari 0.6 sehingga instrumen untuk variabel Minat Membeli (X2) dinyatakan
reliabel.
5.3.3 Hasil Pengujian Validitas
Instrumen Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Dari tabel di atas terlihat bahwa
dari ke 2 item pertanyaan dari 2 indikator variabel Keputusan Pembelian (Y)
memiliki nilai korelasi antara 0.881 hingga 0.892. Dari besarnya korelasi
diperoleh nilai thitung dan Sig t. Terlihat seluruh nilai thitung > ttabel
yaitu sebesar 1.98, atau nilai Sig t < 0.05 (tingkat kesalahan 5%), sehingga
seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Dari hasil uji reliabilitas
memperlihatkan nilai alpha cronbach (r11) sebesar 0.727 (Tabel 5.10). Karena
nilai ini lebih besar dari 0.6 sehingga instrumen untuk variabel Keputusan
Pembelian (Y) dinyatakan reliabel. Hal ini berarti seluruh indikator dari
masing-masing variable adalah valid dan reliabel, sehingga pengujian dapat
dilanjutkan. Dari ketiga tabel di atas menunjukan ketiga instrumen pada ketiga
variabel penelitian yaitu Green Marketing (X1), Minat Membeli (X2), dan
Keputusan Pembelian (Y) dinyatakan valid dan reliabel, sehingga data penelitian
yang diperoleh dari hasil instrumen dapat digunakan untuk analisis data selanjutnya.
5.4. Deskripsi Variabel
Penelitian
Tujuan dari deskripsi variabel
penelitian yang merupakan bagian dari analisis statistika deskriptif adalah
untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden terhadap kuisoner yang
dibagikan dan menggambarkan secara mendalam Variabel Green Marketing (X1),
Minat Membeli (X2), dan Keputusan Pembelian (Y). Distribusi frekuensi tersebut
diperoleh dari hasil tabulasi skor jawaban responden. Berikut dasar
interpretasi skor ditunjukkan pada tabel berikut: Dari Tabel 5.11 terlihat
bahwa jika nilai rata-rata skor terletak antara 1.00 hingga 1.80 maka indikator
pada variabel tersebut masuk pada kategori sangat lemah. Jika nilai rata-rata
skor terletak antara 1.81 hingga 2.60 maka indikator-indikator pada variabel
tersebut masuk pada kategori lemah. Jika nilai rata-rata skor terletak antara
2.61 hingga 3.40 maka indikator-indikator pada variabel tersebut masuk pada
kategori cukup Jika
nilai rata-rata skor terletak
antara 3.41 hingga 4.20 maka indikator indikator pada variabel tersebut masuk
pada kategori kuat. Sedangkan jika nilai rata-rata skor terletak antara 4.21
hingga 5.00 maka indikator-indikator pada variabel tersebut masuk pada kategori
sangat kuat.
5.4.1 Hasil Analisis Deskripsi
Variabel Green Marketing (X1)
Adapun hasil analisis deskrpsi
variabel Green Marketing disajikan sebagai berikut:
Variabel Green Marketing (X1)
diukur oleh empat indikator yaitu Produk (X1.1), Harga (X1.2), Tempat (X1.3),
dan Promosi (X1.4).
Untuk indikator Produk (X1.1),
dari tujuh item pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju pada item nomor
2, 3, 4, 5, 6, dan 7, dan mayoritas responden menjawab sangat setuju pada item
nomor 1. Dari nilai rata-rata berkisar antara 3.96 hingga 4.54, dan rata-rata
skor indikator ini adalah 4.16 yang berada pada kategori kuat (rata-
rata skor antara 3.41 hingga
4.20). Artinya Produk (X1.1) sebagai pengukur Green Marketing (X1) dipersepsi
kuat oleh responden.
Dari keempat indikator pengukur
Green Marketing (X1) terlihat bahwa keempatnya dipersepsi kuat oleh responden,
dengan indikator Produk (X1.1) sebagai indikator terkuat (4.16), sedangkan
indikator Promosi (X1.4) sebagai indikator terlemah (3.66). Dan dari tinjauan
interpretasi skor, dengan nilai rata-rata variabel Green Marketing (X1)
diperoleh 4.00 berada pada kategori kuat (skor antara 3.41 hingga 4.20).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Green Marketing (X1) berada dalam kategori dipersepsikan kuat
oleh responden, hal ini menggambarkan bahwa perhatian terhadap Green Marketing
oleh pelanggan atau konsumen dalam melakukan pembelian produk organik pada
Supermarket - Supermarket di Kota Manado
dipersepsikan kuat atau sebagai suatu pertimbangan penting.
5.4.2 Hasil Analisis Deskripsi Variabel Minat
Membeli (X2)
Adapun hasil analisis deskrpsi
variabel Minat Membeli (X2) disajikan sebagai berikut:
Variabel Minat Membeli (X2)
diukur oleh tiga indikator yaitu Sikap (X2.1), Norma Subjektif (X2.2), dan
Kontrol Perilaku (X2.3).
Untuk indikator Sikap (X2.1),
dari lima item pertanyaan, mayoritas responden menjawab setuju pada item nomor
1, 2, 3, dan 4, dan mayoritas responden menjawab netral pada item nomor 5. Dari
nilai rata-rata berkisar antara 2.93 hingga 4.18, dan rata-rata skor indikator
ini adalah 3.88 yang berada pada kategori kuat (rata-rata skor antara 3.41
hingga 4.20). Artinya Sikap (X2.1) sebagai pengukur Minat Membeli (X2)
dipersepsi kuat oleh responden.
Dari ketiga indikator pengukur
Minat Membeli (X2) terlihat bahwa dua dari tiga indikator yaitu Sikap (X2.1)
sebesar 3.88 dan Kontrol Perilaku (X2.3) sebesar 3.71 dipersepsi kuat oleh
responden, sedangkan indikator Norma subjektif (X2.2) hanya dipersepsikan cukup
kuat dengan nilai sebesar 3.34. Dan dari tinjauan interpretasi skor, dengan
nilai rata-rata variabel Minat Membeli (X2) diperoleh 3.66 dan berada
pada
kategori kuat (skor antara 3.41hingga 4.20).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Minat Membeli (X2) berada dalam kategori dipersepsikan kuat oleh
responden, hal ini menggambarkan bahwa perhatian terhadap Minat Membeli (X2)
oleh pelanggan atau konsumen dalam melakukan pembelian produk organik pada
Supermarket - Supermarket di Kota Manado
dipersepsikan kuat atau sebagai suatu pertimbangan penting.
5.4.3 Hasil analisis deskripsi
variabel Keputusan Pembelian (Y)
Adapun hasil analisis deskrpsi
variabel Keputusan Pembelian (Y) disajikan sebagai berikut:
Dari kedua indikator pengukur
Keputusan Pembelian (Y) terlihat bahwa keduanya dipersepsi kuat oleh responden.
Dari nilai rata-rata variabel Keputusan Pembelian (Y) diperoleh 3.80 yang
berada pada kategori kuat (rata-rata skor antara 3.41 hingga 4.20).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Keputusan Pembelian (Y) berada dalam kategori dipersepsikan kuat
oleh responden, hal ini menggambarkan bahwa Keputusan Pembelian (Y) oleh
pelanggan atau konsumen dalam melakukan pembelian produk organik pada
Supermarket - Supermarket di Kota Manado
dipersepsikan kuat.
Dari ketiga tabel di atas
memperlihatkan bahwa ketiga variabel penelitian ini yaitu Green Marketing (X1),
Minat Membeli (X2), dan Keputusan Pembelian (Y) dipersepsikan kuat atau baik
oleh responden, sehingga dapatlah dikategorikan bahwa pelanggan atau konsumen
produk organik dalam hubungan dengan keputusan pembelian konsumen pada
supermarket-supermarket di Kota Manado adalah kuat.
5.5. Hasil Analisis Faktor
Analisis faktor dalam penelitian
ini digunakan untuk memfaktorkan beberapa indikator pengukur variabel
penelitian yaitu Green Marketing (X1), Minat Membeli (X2), dan Keputusan
Pembelian (Y). Hasil dari analisis faktor berupa skor faktor yang digunakan
untuk analisis jalur (path) pada bagian berikutnya untuk menguji hipotesis.
5.5.1 Hasil Analisis Faktor untuk
Variabel Green Marketing (X1)
Variabel Green Marketing (X1)
diukur oleh empat indikator yaitu Produk (X1.1), Harga (X1.2), Tempat (X1.3),
dan Promosi (X1.4). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
analisis faktor dilakukan.
o Pertama, adalah besarnya Kaiser
Meyer Olkin Measure of Sampling (KMO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling untuk Analisis Faktor pengukur Variabel
Green Marketing (X1) sebesar 0.799 yang berarti memenuhi syarat karena bernilai
di atas 0.5.
o Kedua, nilai Bartlett Test of
Sphericity. Hasil analisis faktor untuk mengukur variabel Green Marketing (X1)
diperoleh nilai Sig Bartlett’s Test of Shpericity sebesar 0.000 < 0.05 yang
berarti telah memenuhi.
o Ketiga, adalah perhitungan
Measures of Sampling Adequacy (MSA) atau indikator kebaikan ukuran sampel.
Besarnya nilai MSA untuk keempat indikator pengukur Green Marketing (X1)
berturut-turut sebesar 0.787, 0.749, 0.837, dan 0.848 yang berarti > 0.5,
sehingga dalam pengukur Green Marketing (X1) keempat indikator disertakan dalam
analisis faktor.
o Keempat, yaitu pengukuran
Komunalitas. Besarnya nilai MSA untuk keempat indikator pengukur Green
Marketing (X1)
Dari tabel di atas memperlihatkan
dari empat indikator, terbentuk satu faktor saja. Hal ini terlihat hanya ada
satu eigen value yang bernilai lebih dari 1 (yaitu Faktor 1 dengan eigen value
2.682). Artinya, empat indikator akan membentuk menjadi satu faktor yaitu
faktor Green Marketing (X1). Besarnya keragaman yang terbentuk dari empat
indikator tersebut adalah sebesar 67.061%, artinya sebesar 67.061%
berturut-turut sebesar 0.676, 0.760, 0.635, dan 0.612 yang berarti > 0.5,
sehingga dalam pengukur Green Marketing (X1) keempat indikator disertakan dalam
analisis faktor.
Dari empat indikator pengukur Green Marketing
(X1), akan terbentuk maksimal 4 faktor. Untuk mengetahui berapakah faktor yang
terbentuk dilihat dari berapa banyak faktor yang memiliki nilai eigen faktor
> 1.
Dari tabel di atas memperlihatkan
bahwa indikator terkuat pengukur Green Marketing (X1) adalah indikator Harga
(X1.2). Artinya, Green Marketing (X1) diukur utamanya oleh Harga (X1.2).
Sedangkan indikator terlemah pengukur Green Marketing (X1) adalah indikator
Promosi (X1.4). Secara berturut-turut pengukur terkuat Green Marketing (X1)
adalah Harga (X1.2), Produk (X1.1), Tempat (X1.3), dan Promosi (X1.4). Jadi
disini, responden merasakan tingkat Green Marketing (X1) diutamakan dilihat
karena adanya harga dari produk tersebut. Setelah melihat harga, responden
mengutamakan tentang kualitas dari produk yang dijual, lalu tempat penjualan
(supermarket), dan hal terakhir barulah adanya promosi yang diberikan oleh
supermarket.
5.5.2 Hasil Analisis Faktor untuk
Variabel Minat Membeli (X2)
Variabel Minat Membeli (X2)
diukur oleh tiga indikator yaitu Sikap (X2.1), Norma Subjektif (X2.2), dan
Kontrol Perilaku (X2.3). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
analisis faktor dilakukan.
o Pertama, adalah besarnya Kaiser
Meyer Olkin Measure of Sampling (KMO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling untuk Analisis Faktor pengukur Variabel
Minat Membeli (X2) sebesar 0.510 yang berarti memenuhi syarat karena bernilai
di atas 0.5.
o Kedua, nilai Bartlett Test of
Sphericity. Hasil analisis faktor untuk mengukur variabel Minat Membeli (X2)
diperoleh nilai Sig Bartlett’s Test of Shpericity sebesar 0.000 < 0.05 yang
berarti telah memenuhi.
o Ketiga, adalah perhitungan
Measures of Sampling Adequacy (MSA) atau indikator kebaikan ukuran sampel.
Besarnya nilai MSA untuk ketiga indikator pengukur Minat Membeli (X2)
berturut-turut sebesar 0.508, 0.548, dan 0.506 yang berarti > 0.5, sehingga
dalam pengukur Minat Membeli (X2) ketiga indikator disertakan dalam analisis
faktor.
o Keempat, yaitu pengukuran
Komunalitas. Besarnya nilai MSA untuk ketiga indikator pengukur Minat
Membeli
(X2) berturut-turut sebesar 0.714, 0.705, dan 0.807 yang berarti lebih besar
dari 0.5, sehingga dalam pengukur Minat Membeli (X2) ketiga indikator
disertakan dalam analisis faktor.
Dari tiga indikator pengukur
Minat Membeli (X2), akan terbentuk maksimal 3 faktor. Untuk mengetahui
berapakah faktor yang terbentuk dilihat dari berapa banyak faktor yang memiliki
nilai eigen faktor > 1.
Adapun hasil analisis faktor
disajikan sebagai berikut:
Dari tabel di atas memperlihatkan
dari tiga indikator, terbentuk satu faktor saja. Hal ini terlihat hanya ada
satu eigen value yang bernilai lebih dari 1 (yaitu Faktor 1 dengan eigen value
1.738). Artinya, tiga indikator akan membentuk menjadi satu faktor yaitu faktor
Minat Membeli (X2). Besarnya keragaman yang terbentuk dari tiga indikator
tersebut adalah sebesar 57.918%, artinya sebesar 57.918% ketiga indikator
tersebut mengukur faktor Minat Membeli (X2). Angka ini telah memenuhi syarat
kecukupan persentase varian sebesar 50% (Malhotra, 1993). Untuk mengetahui
kontribusi masing-masing indikator mengukur variabel/faktor, digunakan nilai
Loading factor. Indikator yang memiliki nilai loading terbesar menjadi
indikator terkuat pengukur variabel. Hasil disajikan tabel berikut:
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa
indikator terkuat pengukur Minat Membeli (X2) adalah indikator Kontrol Perilaku
(X2.3). Artinya, Minat Membeli (X2) diukur utamanya oleh Kontrol Perilaku
(X2.3). Sedangkan indikator terlemah pengukur Minat Membeli (X2) adalah
indikator Norma Subjektif (X2.2). Secara berturut-turut pengukur terkuat Minat
Membeli (X2) adalah Kontrol Perilaku (X2.3), Sikap (X2.1), dan Norma Subjektif
(X2.2). Jadi disini, responden merasakan tingkat Minat Membeli (X2) diutamakan
dilihat dari adanya kontrol perilaku pelanggan. Setelah melihat kontrol
perilaku, responden memiliki minat dilihat dari adanya sikap pelanggan, lalu
norma subjektif pelanggan.
5.5.3 Hasil Analisis Faktor untuk
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
diukur oleh dua indikator yaitu Keputusan Aktual (Y1.1), dan Frekuensi
Pembelian (Y1.2). Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum analisis
faktor dilakukan.
o Pertama, adalah besarnya Kaiser
Meyer Olkin Measure of Sampling (KMO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling untuk Analisis Faktor pengukur Variabel
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0.500 yang berarti memenuhi syarat karena
bernilai tepat 0.5.
o Kedua, nilai Bartlett Test of
Sphericity. Hasil analisis faktor untuk mengukur variabel Keputusan Pembelian
(Y) diperoleh nilai Sig Bartlett’s Test of Shpericity sebesar 0.000 < 0.05
yang berarti telah memenuhi.
o Ketiga, adalah perhitungan
Measures of Sampling Adequacy (MSA) atau indikator kebaikan ukuran sampel.
Besarnya nilai MSA untuk kedua indikator pengukur Keputusan Pembelian (Y)
berturut-turut sebesar 0.500, dan 0.500 yang berarti minimal 0.5, sehingga
dalam pengukur Keputusan Pembelian (Y) kedua indikator disertakan dalam
analisis faktor.
o Keempat, yaitu pengukuran
Komunalitas. Besarnya nilai MSA untuk kedua indikator pengukur Keputusan Pembelian
(Y) berturut-turut sebesar 0.786, dan 0.786 yang berarti lebih besar dari 0.5,
sehingga dalam pengukur Keputusan Pembelian (Y) kedua indikator disertakan
dalam analisis faktor.
Dari dua indikator pengukur Keputusan
Pembelian (Y), akan terbentuk maksimal 2 faktor. Untuk mengetahui berapakah
faktor yang terbentuk dilihat dari berapa banyak faktor yang memiliki nilai
eigen faktor > 1.
Adapun hasil analisis faktor
disajikan sebagai berikut:
Dari tabel di atas memperlihatkan
dari dua indikator, terbentuk satu faktor saja. Hal ini terlihat hanya ada satu
eigen value yang bernilai lebih dari 1 (yaitu Faktor 1 dengan eigen value
1.571). Artinya, dua indikator akan membentuk menjadi satu faktor yaitu faktor
Keputusan Pembelian (Y). Besarnya keragaman yang terbentuk dari dua indikator
tersebut adalah sebesar 78.573%, artinya sebesar 78.573% kedua indikator
tersebut mengukur faktor Keputusan Pembelian (Y). Angka ini telah memenuhi
syarat kecukupan persentase varian sebesar 50% (Malhotra, 1993). Untuk mengetahui
kontribusi masing-masing indikator mengukur variabel/faktor, digunakan nilai
Loading factor. Indikator yang memiliki nilai loading terbesar menjadi
indikator terkuat pengukur variabel. Hasil disajikan tabel berikut:
Dari tabel di atas memperlihatkan
bahwa kedua indikator sebagai pengukur Keputusan Pembelian (Y) sama kuatnya
atau sama pentingnya. Artinya, Keputusan Pembelian (Y) diukur oleh Keputusan
aktual dan Frekuensi Pembelian yang sama pentingnya. Dari hasil loading analisis faktor ketiga
variabel penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa instrument-instrumen dari
ketiga variabel yang ada dapat digunakan dalam penelitian ini.
5.6. Hasil Analisis Jalur (Path Analysis)
5.6.1 Analisis Jalur/Path
Persamaan Pertama (X1 - X2)
Terdapat beberapa asumsi yang
harus dipenuhi oleh Analisis Path persamaan pertama yaitu (1) asumsi
normalitas, (2) asumsi autokorelasi, (3) asumsi heteroskedastisitas, dan (4)
asumsi linieritas.
Asumsi normalitas dilakukan
dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov,
bila probabilitas hasil korelasi
lebih besar dari 0.05 (5%), maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil pengujian
normalitas, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.986. Karena nilai
probabilitas di atas 5%, maka disimpulkan bahwa asumsi normalitas untuk
analisis path persamaan pertama terpenuhi.
Asumsi autokorelasi atau asumsi
kebebasan dilakukan dengan Durbin Watson Test. Jika nilai dw terletak di antara
dU dan 4-dU, maka asumsi tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi. Dari tabel
Durbin Watson untuk n=120 dan p=1 diperoleh nilai dU sebesar 1.694 dan 4-dU
sebesar 2.306. Hasil perhitungan memperlihatkan nilai dw sebesar 2.166 dan
nilai tersebut terletak di antara dU dan 4-dU sehingga asumsi tidak terjadinya
autokorelasi untuk analisis path persamaan pertama terpenuhi.
Asumsi heteroskedastisitas diuji
dengan teknik korelasi Rank Spearman. Jika nilai Signifikansi korelasi di atas
0.05, maka asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas terpenuhi. Hasil
perhitungan memperlihatkan nilai Sig Korelasi sebesar 0.422 > 0.05, sehingga
asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas pada analisis path persamaan
pertama terpenuhi.
Asumsi yang terakhir adalah
asumsi linieritas, dilakukan dengan teknik Curve Fit. Jika Sig model linier
lebih kecil dari 0.05, maka asumsi linieritas terpenuhi. Dari hasil pengujian
memperlihatkan nilai Sig model linier adalah 0.000 < 0.05, sehingga asumsi
linieritas pada analisis path persamaan pertama terpenuhi.
Hasil OLS Persamaan Pertama
Dari tabel 5.22, dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari nilai R2 menunjukkan
nilai sebesar 0.458 atau 45.8%. Artinya bahwa Minat Membeli (X2) dipengaruhi
sebesar 45.8% oleh Green Marketing (X1), dan sisanya 54,2% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar variabel independen yang diteliti.
2. Adapun persamaan pertama yang
diperoleh adalah:
ZX2 = 0.677 ZX1 + e1
3. Dari tabel di atas terlihat
bahwa besarnya koefisien path (diperoleh dari koefisien beta hasil OLS) sebesar
0.677, dengan nilai thitung sebesar 9.994 dan Sig t sebesar 0.000. Karena
thitung > ttabel (9.994 > 1.981) dan Sig t < 0.05 (0.000 < 0.05)
maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh Green Marketing (X1) terhadap Minat
Membeli (X2). Karena koefisien path bertanda positif (0.677) mengindikasikan
hubungannya positif. Artinya semakin tinggi Green Marketing (X1) akan semakin
tinggi pula Minat Membeli (X2) pelanggan yang melakukan pembelian produk
organik pada Supermarket dan di wilayah
Kota Manado.
5.6.2 Analisis Jalur/Path
Persamaan Kedua (X1X2 - Y)
Terdapat beberapa asumsi yang
harus dipenuhi oleh Analisis Path persamaan kedua yaitu (1) asumsi normalitas,
(2) asumsi autokorelasi, (3) asumsi heteroskedastisitas, dan (4) asumsi
linieritas.
Asumsi normalitas dilakukan
dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov, bila probabilitas hasil korelasi lebih
besar dari 0.05 (5%), maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil pengujian
normalitas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.683. Karena nilai
probabilitas di atas 5%, maka disimpulkan bahwa asumsi normalitas untuk
analisis path persamaan kedua terpenuhi.
Asumsi autokorelasi atau asumsi
kebebasan dilakukan dengan Durbin Watson Test. Jika nilai dw terletak di antara
dU dan 4-dU, maka asumsi tidak terjadinya autokorelasi terpenuhi. Dari tabel
Durbin Watson untuk n=120 dan p=1 diperoleh nilai dU sebesar 1.715 dan 4-dU
sebesar 2.285. Hasil perhitungan memperlihatkan nilai dw sebesar 2.012 dan
nilai tersebut terletak di antara dU dan 4-dU sehingga asumsi tidak terjadinya
autokorelasi untuk analisis path persamaan kedua terpenuhi.
Asumsi heteroskedastisitas diuji
dengan teknik korelasi Rank Spearman. Jika nilai Signifikansi korelasi di atas
0.05, maka asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas terpenuhi. Hasil
perhitungan memperlihatkan nilai Sig Korelasi masing-masing sebesar 0.056 dan
0.696 keduanya lebih besar dari 0.05, sehingga asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas
pada analisis path persamaan kedua terpenuhi.
Asumsi yang terakhir adalah
asumsi linieritas, dilakukan dengan teknik Curve Fit. Jika Sig model linier
lebih kecil dari 0.05, maka asumsi linieritas terpenuhi. Dari hasil pengujian
memperlihatkan nilai Sig model linier adalah 0.000 untuk linieritas antara X1
ke Y dan 0.000 untuk linieritas antara X2 ke Y. Kedua nilai sig model linier
< 0.05, sehingga asumsi linieritas pada analisis path persamaan kedua
terpenuhi. Hasil OLS Persamaan Kedua
Dari tabel 5.23, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dari nilai R2 menunjukkan
nilai sebesar 0.542 atau 54.2%. Artinya bahwa Keputusan Pembelian (Y)
dipengaruhi sebesar 54.2% oleh Green Marketing (X1) dan Minat Membeli (X2),
sedangkan sisanya 45.8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel
independen yang diteliti.
2. Adapun persamaan kedua yang
diperoleh adalah:
ZY = 0.121 ZX1 + 0.649 ZX2 + e2
3. Dari tabel di atas terlihat
bahwa besarnya koefisien path (diperoleh dari koefisien beta hasil OLS) antara Green Marketing (X1) terhadap
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0.121, dengan nilai thitung sebesar 1.419 dan
Sig t sebesar 0.158. Karena thitung < ttabel (1.419 < 1.981) dan Sig t
> 0.05 (0.158 > 0.05) maka dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh Green
Marketing (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Artinya berapapun besarnya
Green Marketing (X1) tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya Keputusan
Pembelian (Y) pelanggan yang melakukan pembelian produk organik pada
Supermarket dan di wilayah Kota Manado.
4. Besarnya koefisien path
(diperoleh dari koefisien beta hasil OLS) antara Minat Membeli (X2) terhadap
Keputusan Pembelian (Y) sebesar 0.649, dengan nilai thitung sebesar 7.642 dan
Sig t sebesar 0.000. Karena thitung > ttabel (7.642 > 1.981) dan Sig t
< 0.05 (0.000 < 0.05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh Minat
Membeli (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Karena koefisien path bertanda
positif (0.649) mengindikasikan hubungannya positif. Artinya semakin tinggi Minat Membeli (X2)
akan semakin tinggi pula Keputusan Pembelian (Y) pelanggan yang melakukan
pembelian produk organik pada Supermarket
dan di wilayah Kota Manado.
5.6.3 Hasil Analisis Jalur (Path
Analysis) Keseluruhan
Dari kedua persamaan analisis
path pada subbab berikutnya diperoleh gambaran hasil analisis Jalur / path
secara keseluruhan sebagai berikut:
Hasil analisis Jalur/path
menunjukkan adanya pengaruh langsung secara signifikan (β=0.677; ρ= 0.000) antara Green Marketing
(X1) terhadap Minat Membeli (X2), dan pengaruh langsung secara signifikan
(β=0.649; ρ= 0.000) antara Minat Membeli (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y),
akan tetapi tidak terlihat adanya pengaruh langsung yang signifikan (β=0.121;
ρ= 0.158) antara Green Marketing (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y), namun
dengan ditempatkannya Minat membeli (X2) sebagai interviening (pengaruh tidak
langsung Green marketing (X1) dengan Keputusan pembelian (Y) ) diperoleh hasil yang signifikan sebesar (β=0.677 x
β=0.649) 0.439.
5.6.4 Hasil Pengujian Hipotesis
Secara detail, hasil pengujian
hipotesis disajikan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis H1
Diperoleh hasil bahwa pengaruh langsung antara
Green Marketing (X1) terhadap Minat Membeli (X2) diperoleh koefisien sebesar
0.677, dengan nilai thitung sebesar 9.994 dan Sig t sebesar 0.000. Karena
thitung > ttabel (9.994 > 1.981) dan Sig t < 0.05 (0.000 < 0.05)
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Green Marketing (X1) terhadap
Minat Membeli (X2). Karena koefisien path bertanda positif (0.677)
mengindikasikan hubungannya positif. Artinya semakin tinggi Green Marketing
(X1) akan semakin tinggi pula Minat Membeli (X2).
2. Pengujian Hipotesis H2
Diperoleh hasil bahwa pengaruh
langsung antara Green Marketing (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y) diperoleh
koefisien sebesar 0.121, dengan nilai thitung sebesar 1.419 dan Sig t sebesar
0.158. Karena thitung < ttabel (1.419 < 1.981) dan Sig t > 0.05 (0.158
> 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh Green Marketing
(X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y). Artinya berapapun besarnya Green
Marketing (X1) tidak akan mempengaruhi tinggi rendahnya Keputusan Pembelian
(Y).
3. Pengujian Hipotesis H3
Diperoleh hasil bahwa Pengaruh
langsung antara Minat Membeli (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y) diperoleh
koefisien sebesar 0.649, dengan nilai thitung sebesar 7.642 dan Sig t sebesar
0.000. Karena thitung > ttabel (7.642 > 1.981) dan Sig t < 0.05 (0.000
< 0.05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh Minat Membeli (X2) terhadap
Keputusan Pembelian (Y). Karena koefisien path bertanda positif (0.649)
mengindikasikan hubungannya positif. Artinya semakin tinggi Minat Membeli (X2)
akan semakin tinggi pula Keputusan Pembelian (Y).
4. Pengujian Hipotesis H4
Diperoleh hasil bahwa Pengaruh
tidak langsung antara Green Marketing (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y)
melalui Minat Membeli (X2), koefisien path diperoleh dari hasil kali antara
pengaruh langsung Green Marketing (X1) terhadap Minat Membeli (X2) yaitu
sebesar 0.677 dengan pengaruh langsung Minat Membeli (X2) terhadap Keputusan
Pembelian (Y) yaitu sebesar 0.649, sehingga diperoleh koefisien path pengaruh
langsung sebesar 0.677 x 0.649 = 0.439. Karena kedua koefisien path pengaruh
langsung tersebut signifikan, maka koefisien path pengaruh tidak langsung juga
signifikan. Karena koefisien bertanda positif (0.439), dengan demikian dapat
disimpulkan semakin tinggi Green Marketing (X1) akan semakin tinggi pula
Keputusan Pembelian (Y), jika Minat Membeli (X2) juga semakin tinggi.
5.6.5 Koefisien Determinasi
Pengujian akhir dalam analisis
path adalah validitas model. Dalam analisis Path indikator validitas model
adalah koefisien determinasi total yang diperoleh sebagai berikut:
Koefisien eterminasi Total:
R2total = 1- Pe12 Pe22
R2total = 1 – (1-R12) (1-R22)
R2total = 1 – (0.542) (0.458)
R2total = 1 – 0.248236
R2total = 0.7518 atau 75.18 %
Dimana R12 = 0,458, dan R22 =
0,542 berturut-turut adalah nilai R square model persamaan pertama, dan kedua,
sehingga diperoleh nilai R2total sebesar 0,7518 atau 75.18%.
Dari hubungan kausal antar
variabel pada diagram Path diperoleh koefisien determinasi total sebesar 0,7518
atau informasi yang terkandung dalam data 75,18% dapat dijelaskan oleh model
path. Sehingga hasil analisis jalur/path sudah cukup layak untuk digunakan.
5.7 Pembahasan
Adapun pembahasan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
5.7.1 Pengaruh Green Marketing
terhadap Minat Membeli
Dari hasil analisis jalur (path analysis)
memperlihatkan bahwa Green Marketing berpengaruh langsung terhadap Minat
Membeli. Dengan koefisien path yang bertanda positif memperlihatkan bahwa
semakin tinggi green marketing akan semakin tinggi pula minat membeli konsumen
produk organik di kota Manado.
Artinya bahwa kemampuan green
marketing menjelaskan dan memberikan konstribusi bagi minat membeli konsumen
sangat baik.
Bukti empiris mendukung hasil
penelitian diatas diantaranya oleh Tarkiainen and Sundqvist (2006), yang
melaporkan bahwa variabel harga dan
ketersediaan atau saluran distribusi berpengaruh terhadap minat konsumen
membeli makanan organik. Haryadi (2009), melaporkan bahwa green marketing
dengan variabel marketing mix mampu memberikan konstribusi bagi konsumen untuk
memiliki minat atau memilih produk hijau.
Fotopoulos dan Krystalis (2002) dan
Magnusson, et al., (2001) menguatkan bahwa minat membeli konsumen
dipengaruhi oleh variable-variabel harga, distribusi dan promosi. Tregear, Dent & McGregor (1994) dan Zanoli & Naspetti (2002), bahwa minat
membeli produk organik terkendala oleh berbagai hal seperti harga, ketersediaan
produk di counter, sehingga rekomendasi penelitian dari kedua peneliti ini
dapat menguatkan bagi pihak-pihak untuk lebih memfokuskan pada faktor-faktor
tersebut. Kontribusi yang kuat dari
green marketing menjelaskan minat membeli, memberikan gambaran bahwa keberadaan
minat membeli konsumen produk organik di Kota Manado dipengaruhi oleh green
marketing yang terkonfirmasi oleh produk, harga, tempat atau distribusi dan
promosi .
5.7.2 Pengaruh Green Marketing
terhadap Keputusan Pembelian
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengaruh langsung Green Marketing terhadap keputusan pembelian produk
organik di Kota Manado kurang mampu memberikan pengaruh yang signifikan,
sehingga hipotesis dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tarkiainen and
Sundqvist (2006) untuk pelanggan di Kota Manado belum bisa dijelaskan, sesuai
dengan hasil analisa yang diperoleh. Berbeda dengan produk konvinien atau
konvensional, yang mana faktor produk, harga, tempat dan promosi secara
langsung mempengaruhi pelanggan atau konsumen memutuskan untuk pembelian,
produk organik bersifat unik dan khusus sehingga diperlukan adanya pemahaman berupa pengetahuan atau
referensi khusus dalam membentuk minat sehingga dengan terbentuknya minat,
proses pengambilan keputusan pembelian dapat tercapai. Sehingga dapatlah
disimpulkan bahwa konsumen atau pelanggan dalam mengambil keputusan membeli produk
organik tidak hanya mempertimbangkan
green marketing secara langsung, namun perlu adanya faktor lain yang dapat
membentuk pemahaman terhadap produk organik seperti faktor minat.
5.7.3 Pengaruh Minat Membeli
terhadap Keputusan Pembelian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Minat
Membeli berpengaruh secara langsung terhadap Keputusan Pembelian. Dengan
koefisien path yang
bertanda positif memperlihatkan
bahwa semakin tinggi minat membeli akan semakin tinggi pula keputusan pembelian
konsumen produk organik. Artinya, minat membeli yang dikonfirmasikan oleh
sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku mampu menjelaskan dan
berkonstribusi pada pembentukan keputusan pembelian konsumen produk organik di
kota Manado.
Hasil penelitian ini
didukung oleh dari Tarkiainen and
Sundqvist (2006) dengan memodifikasi theory of planned behavior memperlihatkan hasil yang cukup signifikan
baik sikap dan kontrol perilaku, sekalipun norma subjektif kurang begitu kuat
membentuk minat tersebut. Dukungan yang sama oleh Magistris dan Gracia (2008)
dan Kalafatis (1999) dimana variabel minat berpengaruh secara langsung terhadap
pengambilan keputusan untuk pembelian.
Dari hasil penelitian sebelum, menegaskan bahwa produk organik agak berbeda
dengan produk konvensional, baik karakteristik produknya maupun segmen
pasarnya. Dari bukti teoritis dan empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa minat
yang terindikasi oleh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku merupakan
faktor yang membentuk keputusan pembelian pelanggan atau konsumen produk
organik di kota Manado.
5.7.4 Pengaruh Green Marketing
terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Membeli
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa green
Marketing tidak berpengaruh langsung terhadap Keputusan Pembelian. Akan tetapi
green marketing berpengaruh terhadap keputusan pembelian melalui minat membeli.
Dengan koefisien path yang bertanda positif memperlihatkan bahwa semakin tinggi
green marketing yaitu produk, harga, tempat dan promosi, dan minat membeli
yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku akan semakin tinggi pula
keputusan pembelian. Artinya, minat membeli merupakan interviening (perantara)
antara green marketing dan keputusan pembelian konsumen produk organik di kota
Manado.
Hasil penelitian ini didukung
oleh Tarkiainen and Sundqvist (2006) yang membuktikan bahwa green marketing
yang terindikasi oleh harga dan tempat atau ketersediaan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap keputusan pembelian dengan minat membeli sebagai
variabel interviening. Fotopoulos dan Krystalis (2002) dan Marija Radman
(2005), Tsakiridou et al.,(2007), Tregear, Dent and McGregor (1994), Zanoli and
Naspetti (2002) yang menyimpulkan bahwa variabel antara dalam hal ini minat
membeli memberikan pengaruh antara green marketing dengan keputusan pembelian,
sekaligus merekomendasikan berbagai variabel penunjang lain yang berhubungan
dengan minat, yaitu lingkungan dan kesehatan yang merupakan faktor utama
responden atau pelanggan berminat terhadap produk organik. Magnusson, et al.,
(2001), Hasrini (2008), dan Junaedi (2003) sebagai penguatan dengan menambahkan
variabel lain seperti demografi, akses media, dengan variabel pemasaran
hijau/green marketing sebagai variabel
utama. Hal ini dikarenakan karakteristik
dari produk organik yang berbeda dengan produk konvienien atau konvensional
(Lanasier (2002); Elkington, et al. (1990) dalam Moisander (1996).
Hasil penelitian dan bukti
empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa minat membeli yang dibentuk oleh sikap,
norma subjektif dan kontrol
perilaku merupakan variabel yang mampu memediasi green marketing yang dibentuk
oleh produk, harga, tempat dan promosi dengan keputusan pembelian produk
organik. Artinya, semakin tinggi nilai yang diberikan oleh minat membeli, akan
semakin tinggi pula keputusan pembelian produk organik dijelaskan oleh green
marketing pada pelanggan atau konsumen di Kota Manado.
5.8 Implikasi Penelitian
5.8.1 Implikasi Teoritis
Dari hasil analisis dan
pembahasan, diperoleh beberapa implikasi teoritis terhadap studi manajemen
pemasaran dan strategik, yaitu sebagai berikut:
Green marketing memiliki peranan
penting dalam membangun minat membeli konsumen produk organik. Konsepsi dan
bukti empirik mengenai kontribusi green marketing mempengaruhi minat konsumen
membeli dibuktikan secara empiris oleh Haryadi (2009); Tregear, Dent and
McGregor (1994); Fotopoulos dan Krystalis (2002); Magnusson, et al., (2001) dan
Zanoli & Naspetti (2002), yang melaporkan secara parsial green marketing
berpengaruh signifikan terhadap minat atau pilihan konsumen. Hal ini mengindikasikan
bahwa keberadaan green marketing perlu dikembangkan untuk menjadi konsep yang
terstruktur dan tersistematis khususnya dalam kajian pemasaran dan strategik.
Minat memiliki kontribusi yang
kuat dalam membentuk perilaku yang dideskripsikan sebagai keputusan pembelian
produk organik. Hal ini sesuai dengan teori perilaku terencana oleh Ajzen
(1988) menjelaskan bahwa minat merupakan faktor yang dapat membentuk
perilaku/keputusan pembelian. Demikian halnya oleh Schiffman dan Kanuk (2007),
yang mengemukakan bahwa minat merupakan salah satu aspek psikologis yang
berpengaruh terhadap perilaku. Konsepsi dan bukti empiris lain yang menguatkan
adalah Tregear, Dent and McGregor
(1994); Tarkiainen dan Sundqvist (2006); yang melaporkan bahwa secara langsung
dan signifikan minat membeli membentuk keputusan pembelian produk organik. Hal
ini dapat ditegaskan bahwa teori-teori yang menjelaskan tentang keterkaitan
antara keputusan pembelian dan minat membeli terbukti menjawab, sehingga secara
teoritis layak untuk dipertahankan dan dikembangkan khususnya dalam pemasaran
dan strategik.
Keputusan konsumen membeli
khususnya untuk produk organik sangat berbeda dibandingkan dengan produk
konvensional. Green marketing yang dikonfirmasikan oleh produk, harga, tempat
atau distribusi dan promosi dari hasil penelitian ini dianggap kurang mampu
memberikan konstribusi yang kuat bagi konsumen memutuskan untuk membeli produk
organik. Sehingga keberadaan teori yang menekankan bahwa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keputusan pembelian yaitu produk, harga, tempat atau
distribusi dan promosi belum mampu menjelaskan secara simultan untuk produk
organik. Sehingga dengan adanya minat sebagai perantara antara, green marketing
mampu menjelaskan keputusan pembelian. Konsepsi dan bukti empiris yang
dilakukan Ajzen (1991); Tarkiainen dan Sundqvist (2006); Kalafatis (1999);
menguatkan keberadaan green marketing mampu menjelaskan keputusan pembelian
dengan minat membeli sebagai interviening. Hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan produk organik diyakini berbeda dengan produk konvensional, sehingga diperlukan telaah yang lebih
lanjut secara teoritis untuk melengkapi studi tentang keputusan pembelian yang
berhubungan dengan pemasaran produk organik.
Model analisis jalur yang
dihasilkan dalam penelitian ini, dengan menempatkan green marketing, minat
membeli dan keputusan pembelian sebagai faktor yang mempengaruhi dan
dipengaruhi, memperlihatkan bahwa konsep dan bukti empiris yang dilakukan oleh
ahli sangat menunjang untuk permodelan dengan penggunaan analisis ini. Hal ini
dibuktikan oleh Ajzen(1988); Schiffman dan Kanuk (2007); dan Kalafatis (1999);
Tarkiainen dan Sundqvist (2006); dan Haryadi (2009).
5.8.2 Implikasi Manajerial
Adapun implikasi manajerialnya
adalah sebagai berikut:
Green Marketing memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap Minat membeli
produk organik. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa green marketing
yang terindikasi oleh produk, harga, tempat/saluran distribusi dan promosi harus
bisa diorientasikan untuk membentuk minat membeli. Hal ini jelas tergambar dari
pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh responden baik berhubungan dengan
kualitas produk, jaminan kesehatan, standarisasinya, rasional dan potongan
harga, ketersediaan produk, kemudahan memperoleh, dan informasi promosi.
Sebagai pelaku bisnis yang berorientasi pada pelanggan, pemilik perusahaan
maupun distributor harus memperhatikan secara lebih seksama keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Dengan adanya perhatian dan perlakuan lebih sangat
diyakini pelanggan atau konsumen mengambil keputusan untuk membeli dapat
tercapai, dan hal ini berpengaruh positif pada pencapaian tujuan perusahaan.
Green marketing kurang mampu
memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian pada pelanggan produk organik.
Hasil ini memberikan implikasi bahwa produk organik bersifat unik dan khusus
dibandingkan produk konvinien, sehingga elemen-elemen green marketing seperti
produk, harga, tempat dan promosi belum menjadi jaminan pelanggan atau konsumen
memutuskan membeli produk organik. Untuk hal ini, bagi pemilik perusahaan perlu
membentuk pemahaman tentang produk
organik kepada pelanggan atau konsumen, sehingga dengan adanya proses
tersebut memberikan konsekwensi positif bagi pelanggan atau konsumen untuk
mengambil keputusan pembelian.
Minat membeli memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap terbentuknya keputusan pembelian pelanggan produk
organik. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa minat merupakan faktor
yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli
produk organik. Minat sangat diperlukan bagi konsumen, hal ini tergambar dari
pernyataan-pernyataan responden yang memberikan persepsi positif terhadap
kepuasan, tingkat kesenangan, keyakinan akan produk organik tersebut, sehingga
berpengaruh pada kesediaan dan seringnya konsumen atau pelanggan membeli produk
organik. Untuk hal ini, pemilik
perusahaan perlu menciptakan konsep atau program yang dapat membantu konsumen
atau pelanggan dapat memiliki minat terhadap produk organik.
Green marketing memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keputusan pembelian melalui minat membeli
produk organik. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa minat membeli
merupakan interviening antara green marketing dengan keputusan pembelian. Hal
ini menjawab ketidakmampuan secara langsung green marketing terhadap keputusan
pembelian. Bagi pemilik perusahaan diharapkan dapat mengeksplorasi kemampuan
minat ini sebagai konsep baru dalam menjelaskan green marketing terhadap
keputusan konsumen atau pelanggan membeli. Semakin besar minat membeli,
dipastikan kemampuan green marketing mempengaruhi keputusan membeli semakin
besar.
Hasil penelitian ini merupakan
referensi bagi pemilik perusahaan atau peneliti selanjutnya, dalam melakukan
kajian tentang Green marketing, minat membeli dan keputusan pembelian, yang
berhubungan dengan subjek dan objek, maupun secara eksplanatory dengan
kombinasi pengaruh variabel lain serta sebagai dasar pengembangan lanjutan guna
meningkatkan wawasan keilmuan secara teoritis maupun praktis.
5.9 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan-keterbatasan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah responden yang langsung membeli dan mengkonsumsi produk
organik di supermarket-supermarket di kota Manado, sehingga persepsi secara
umum tentang produk organik oleh konsumen yang belum membeli atau mengkonsumsi
belum dapat diketahui, dan juga pertimbangan sosial dan budaya di setiap daerah
yang berbeda, belum menjamin bila tanggapannya sama.
Jumlah item produk organik yang
diamati masih kurang, sehingga hasil penelitian ini belum dapat
menggeneralisasi produk organik secara keseluruhan.
Sekalipun mampu menjelaskan
pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel, analisis jalur dirasakan
belum maksimal menjelaskan secara baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan
pembahasan, penelitian yang berjudul Green Marketing dan Pengaruhnya Terhadap
Keputusan Pembelian Melalui Minat Membeli Produk Organik (Studi pada Pelanggan
Produk Organik di Kota Manado), dapat disimpulkan sebagai berikut:
Green Marketing memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap Minat membeli pada pelanggan atau konsumen Produk
organik. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa green marketing berpengaruh
signifikan terhadap minat membeli (Haryadi, 2009; Tarkiainen and Sundqvist,
2006). Green marketing yaitu kualitas produk, harga, tempat/saluran distribusi
dan promosi memberikan pengaruh terhadap nilai minat membeli pelanggan . Artinya
semakin tinggi nilai green marketing, akan semakin tinggi pula minat membeli
produk organik di kota Manado.
Green Marketing tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian Produk organik pada
pelanggan atau konsumen. Hasil ini menjelaskan bahwa keputusan aktual dan
frekwensi pembelian dari keputusan pembelian tidak terpengaruh oleh green
marketing yaitu kualitas produk, harga, tempat/saluran distribusi dan promosi.
Artinya seberapa besarnya nilai green marketing, tidak menjadi ukuran
konsumen atau pelanggan memutuskan untuk membeli produk organik di kota Manado.
Minat membeli memiliki pengaruh
secara signifikan keputusan pembelian produk organik pada pelanggan atau
konsumen Produk organik. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa minat membeli
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian (Tarkiainen and Sundqvist,
2006; Magistris dan Gracia (2008) dan Kalafatis (1999). Hasil ini dapat
dijelaskan bahwa minat membeli yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perlaku
memberikan pengaruh signifikan terhadap terbnetuknya keputusan pembelian produk
organik pelanggan. Artinya semakin tinggi nilai minat membeli, akan semakin
meningkat pula keputusan pembelian produk organik di kota Manado.
Minat membeli yang ditempatkan
sebagai interviening memberikan pengaruh secara signifikan antara Green
Marketing dengan keputusan pembelian Produk organik. Hal ini sejalan dengan
kajian teoritis Ajzen (1988) bahwa minat merupakan variabel antara dalam
membentuk perilaku / keputusan pembelian. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa
minat membeli dapat menjadi mediasi
hubungan antara green marketing terhadap keputusan pembelian Artinya semakin tinggi nilai green marketing
dan minat membeli akan semakin tinggi pula keputusan pembelian pada konsumen/
pelanggan produk organik di kota Manado.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah diuraikan pada bab terdahulu, sekaligus menjawab tujuan dan manfaat dari
penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Untuk pengembangan ilmu
pemasaran, dapat disarankan bahwa adanya pengaruh tidak langsung antara green
marketing terhadap keputusan pembelian melalui minat membeli. Sesuai pendekatan
Theory of palnned behavior (Ajzen, 1988, 1991) yang meletakkan variabel minat
sebagai interviening dapat diterapkan dalam penelitian-penelitian berikutnya.
Untuk itu, konsep green marketing dalam dunia pemasaran, khususnya pemassaran
produk organik perlu diimplementasikan lebih lanjut.
Untuk pemilik/pengelola
supermarket/swalayan dan
produsen/suplier produk organik, hendaknya memperhatikan implementasi
Green Marketing yang terdiri atas kualitas produk, harga, tempat, dan promosi.
Dengan demikian akan meningkatkan minat membeli produk organik yang terlihat
dari peningkatan sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku dari konsumen.
Sehingga secara tidak langsung akan dapat meningkatkan keputusan pembelian oleh
konsumen yang dapat dilihat dari peningkatan keputusan aktual dan frekuensi
pembelian. Implementasi yang dapat dilakukan oleh pemilik seperti pelatihan,
pengarahan dan pengawasan terhadap karyawan yang berada pada lokasi produk
organik, sehingga konsumen atau pelanggan dapat melihat dan memperoleh jawaban
yang mungkin ditanyakan. Hal ini diyakini akan membuat minat membeli konsumen
menjadi lebih besar.
Untuk pemerintah, program “Go
Organik 2010” yang telah dicanangkan, perlu dilanjutkan dan dilestarikan agar
pemahaman akan produk organik dapat lebih baik, sehingga dapat berpengaruh pada
semakin sering dan banyaknya pengguna produk ini. Dan terkait
dengan masalah lingkungan dan kesehatan dipastikan hijau dan sehat, sebagai
konsekwensi positifnya.
Rekomendasi penelitian yang akan
datang:
a. Dalam penelitian ini,
masalah lingkungan dan kesehatan belum
dimasukkan sebagai variabel penelitian, untuk itu peneliti merekomendasikan
penelitian yang akan datang, dapat meletakkan kedua masalah ini dijadikan
variabel.
b. Dengan menggunakan alat
analisis jalur peneliti telah memperoleh hasil penelitian ini, namun sangat
dimungkinkan bila penelitian yang akan datang mencoba dengan alat analisis lain
seperti Model persamaan struktural.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ajzen, I. 1988. “Attitude,
Personality, and Behavior”. Dorsey, Chicago, I.L.
Ajzen, I. 1991, “The Theory Of
Planned Behavior”, Organizational Behavior and Human Decision Processes, Vol.
50 No. 2, pp. 179-211.
Ajzen, I. 2002, “Perceived
Behavioral Control, Self-Efficacy, Locus Of Control, And The Theory Of Planned
Behavior”, Journal of Applied Social Psychology, Vol. 32 No. 4, pp. 1-20.
Ajzen, I. and M. Fishbein. 1980.
“Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior”. Prentice-Hall,
Englewood Cliffs. NJ.
Anonim. “ Makan sehat sambil
berevolusi “. Kompas, 5 Mei 2007.
Ardianti, N.T, 2008, “ Analisis perilaku konsumen kota bogor
terhadap produk kosmetik hijau” MB-IPB- Bogor
Badan Pusat Statistik Kota
Manado, 2009, “ Kota Manado dalam Angka 2009”. ISSN 0215-6873 No. Publikasi:
71710.0401, Manado, Juni 2009
Baker, S., et al., 2004, “Mapping
the values driving organic food choice”, European Journal of Marketing, Vol. 38
No. 8, pp. 995-1012.
Byrne, M. 2003. “Understanding
Consumer Preferences Across Environmental Marketing Mix Variations”. OIKOS
University of Newcastle.
Charter, M. 1992. “Greener Marketing:
A Responsible Approach to Businessi”, Greenleaf, Sheffield.
Chen, M.F. 2007, “Consumer
attitudes and purchase intentions in relation to organic foods in Taiwan:
moderating effects of food-related personality traits”, Food Quality and
Preference, Vol. 18 No. 7, pp. 1008-21.
Chen, M.F. 2009, “Attitude toward
organic foods among Taiwanese as related to health consciousness, environmental
attitudes and the mediating effects of a healthy lifestyle”, British Food
Journal, Vol.111 No. 2, pp.165-78.
Chinnici, G.et al., 2002, “A
multivariate statistical analysis on the consumers of organic products”,
British Food Journal, Vol. 104 Nos 3/5, pp. 187-99.
Cobb, Cathy J. and Wayne D.
Hoyer. 1986. “Planned Versus Impulse Purchase Behavior”. Journal of Retailing. Vol
62. No 4.
Cook, A.J., Kerr, G.N., Moore, K. 2002. “Attitudes
and intentions towards purchasing GM food”, Journal of Economic Psychology 23
557–572.
Craven, D.W. 2000. “Strategic
Marketing”, 6th ed. Boston:Massachusetts: Irwin/McGraw-Hill.
Dharmmesta, B.S. (1997).
“Pergeseran Paradigma dalam Pemasaran:
Tinjauan Manajerial dan Perilaku
Konsumen,” Kelola, No. 15/VI, 12-23.
Djajadiningrat S.T, Hendriani Y,
Famiola M. 2011. “Ekonomi Hijau (Green Economy)”, Cet. 1, Rekayasa Sains,
Bandung.
Ekelund, L. 1989, “Vegetable
consumption and consumer attitudes towards organically grown vegetables – the
case of Sweden”, Acta Horticulturae, Vol. 259, pp. 163-72.
Engel, J.F., Blackwell, R.D, and
Miniard, P.W., 1994. “Perilaku Konsumen”. Terjemahan F.X. Budiyanto, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta.
Ferdinand, A. 2002. “Marketing
Strategy Making: Proses dan Agenda Penelitian”. Jurnal Sains Pemasaran
Indonesia, Vol. I, No.1 Mei, pp:1-22.
Ferdinand, A. 2006. “Metode Penelitian Manajemen:
Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen”. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Fotopoulos, C. and Krystallis, A.
2002b, “Purchasing motives and profile of the Greek organic consumer: a
countrywide survey”, British Food Journal, Vol. 104 No. 3/5, pp. 232-60.
Gilg, A., Barr, S., Ford, N. 2005.”Green consumption or
sustainable lifestyles? Identifying the sustainable consumer”, Futures 37 2005
481–504 , Elsevier, science direct
Gracia, A. and de Magistris, T.
2007, “Organic food product purchase behaviour: a pilot study for urban
consumers in the South of Italy”, Spanish Journal of Agricultural Research,
Vol. 5 No. 4, pp. 439-51.
Grunert, C.S. and Juhl, J.H.
1995, “Values, environmental attitudes and buying of organic foods”, Journal of
Economic Psychology, Vol. 16, pp. 39-62.
Gupta, S.& Ogden, D.T., 2009. “To buy or not to buy? A
social dilemma perspective on green buying”,
Journal of Consumer Marketing, Volume 26 · Number 6 · 2009 · 376–391
Haryadi, R., 2009. “Pengaruh
Strategi Green Marketing Terhadap
Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix Studi Kasus pada The
Body Shop Jakarta”, Tesis S2, Universitas Diponegoro, SEMARANG.
Jogiyanto. 2007. “Sistem
Informasi Keprilakuan”. Andi Offset. Yogyakarta.
Junaedi, S.M.F. 2003, “Analisis
Faktor Demografi, Akses Media dan Sumber Informasi Terhadap Kepedulian dan
Kesadaran Lingkungan Konsumen: Kajian Pemasaran yang Berwawasan Sosial,”
Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 7 No. 2, hal. 24-39.
Junaedi, S.M.F. 2005, “Pengaruh
Kesadaran Lingkungan pada Niat Beli Produk Hijau: Studi Perilaku Konsumen
Berwawasan Lingkungan,” Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 9, No. 2,
hal. 189-201.
Junaedi, S.M.F. 2008, “Pengaruh
Gender Sebagai Pemoderasi Pengembangan Model Perilaku Konsumen Hijau Di Indonesia”,
KINERJA Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Volume 12, No.1, Th. 2008: h 17-37
Kalafatis, S., Pollard, M., East,
R. and Tsogas, M.H. 1999, “Green marketing and Ajzen’s theory of planned
behaviour: a cross-market examination”, Journal of Consumer Marketing, Vol. 16
No. 5, pp. 441-60.
Kilbourne, W.E. (1998). “Green
Marketing: A Theoretical
Perspective”. Journal of Marketing Management, 14(6), July,
pp. 641-656.
Kasali, Rhenald. 2005. “Sembilan
Fenomena Bisnis”, Manajemen Student Society MSS, FEUI official Site
Kotler, P. 1997. “Manajemen
Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian”, Edisi Bahasa
Indonesia, LPFE-UI, Jakarta.
Kotler, P. dan Keller, K.L.,2007,
“ Manajemen Pemasaran”, Cet 2, Edisi 12, Jilid 1, Alih bahasa: Benyamin Molan.
Penerbit PT INDEKS
Kotler, P. 1995. “Manajemen
Pemasaran, Analisa, Perencanaan, dan Pengendalian”. Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, P. 2000. “Manejemen
Pemasaran”. Jilid 1,Edisi Millenium, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Rony A. Rusly
& Drs.Benyamin Molan, Penerbit, Prentice Hall & Pearson Education Asia,
Jakarta.
Kotler, P. 2005. “Manejemen
Pemasaran”. Alih Bahasa: Drs.Benyamin Molan. Jilid I. Index Kelompok Gramedia,
Jakarta.
Lampkin, N. 1999. “Organic
Farming”, Farming Press, Ipswich.
Lanasier, E.V. 2002, “Perilaku
Konsumen Hijau Indonesia: Tinjauan Sudut Demografi dan Psikografi”, Media Riset
Bisnis dan Manajemen, Volume 2, Nomor 2,
PP.89-11, Jakarta
Laroche, M., J. Bergeron, G.
Barbaro-Forleo, 2001, “Targeting consumers who are willing to pay more for
environmentally friendly products”, Journal of Consumer Marketing, 18, 6,
503-520.
Lea, E. dan Worsley, T. 2005.
“Australians’ organic food beliefs, demographics and values.” British Food
Journal; 2005; 107, 10/11; ABI/INFORM Global pg. 855.
Loudon, D. L., and A. J. Della
Bitta. 1983. “Consumer Behavior: Concept and Aplications”, 4th Edition,
Singapore: Mc. Graw Hill, Inc, New York.
Lozada, H.R. 2000. “Ecological
Sustainability and Marketing Strategy : Review and Implication”. Seton Hall
University
Ma’ruf, H. 2005. “Pemasaran
Ritel”. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Madden, T.J., Ellen, P.S. and
Ajzen, I 1992. “A Comparison of theTheory of Planned Behavior and the Theory of
Reason Action”. Personality and Social Psychology Bulletin, Vol 18.
Magistris, T., and Gracia, A.
2008. “The Decision to Buy Organic Food Products in Southern Italy”. British
Food Journal,Vol.110,No.9,pp929-947.
Magnusson, et al., 2001,
“Attitudes towards organic foods among Swedish consumers”, British Food
Journal, Vol. 103 No. 3, pp. 209-26.
Mainieri, et al., 1997, ”Green
buying: The influence of enviromental concern on consumer behavior”, Journal of
Consumer Marketing, 137,2,189-204
Makatouni, A. 2002, “What
motivates consumers to buy organic food in UK?”, British Food Journal, Vol. 104
Nos 3/4/5, pp. 345-52.
Malhotra, N. K. 2005. “Riset
Pemasaran, Pendekatan Terapan”, Edisi Keempat. Penerbit Indeks, Jakarta.
Misra, S.K., Huang, C.L. and Ott,
S.L. 1991, “Consumer willingness to pay for pesticide-free produce”, Western
Journal of Agricultural Economics, Vol. 16, pp. 218-27.
Moisander, J. 1996. “Motivation
for Ecologically Oriented Consumer Behaviour”, www.lancs.ac.uk
Mowen, J. C. and Michael Minor.
2001. “Consumer Behavior”. Fifth Edition, Harcourt, Inc.
Nanere, M. 2010, “ What Green
Marketing Has to Offer”, International Conference Indonesian Management
Scientist Ass (AIMI). La Trobe University, Bendigo, Australia.
Nugrahadi, E.W. 2002. “Pertanian
Organik Sebagai Alternatif teknologi Dalam Upaya Menghasilkan Produk Hijau”, www.google.com
Ottman, J.A. 1994. “Green
Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age”, NTC
Publishing Group, Lincolwood.
Ottman, J.A., et al., 2006.
”Green Marketing Myopia : Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally
Preferable Products”. Environment Volume 48, Number 5 pp 22-36 Heldref
Publications, 2006.
Padel, S. and Foster, C. 2005,
“Exploring the gap between attitudes and behaviour: understanding why consumers
buy or do not buy organic food”, British Food Journal, Vol. 107 No. 8, pp.
606-25.
Payne, A. 2000. “The Essence of
Services Marketing”. Terj. Fandy Tjiptono, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Peter, J. Paul dan Jerry C.
Olson. 2008. “Consumer Behavior and Marketing Strategy”. Ed. 8th, McGraw-Hill International.
Polonsky, M.J and Rosenberger,
P.J (2001), “An exploratory examination of environmentally responsible straight
rebuy purchases in large Australian organizations,” Journal of Business &
Industrial Marketing, Vol. 13, No. 1, pp. 54-69.
Polonsky, M.J, Rosenberger, P.J
and Ottman, J, 1998, “ Developing Green Products: Learning From Stakeholder,”
Asia Pacific Journal or Marketing and Logistics, 10 (1), 22-43.
Pujari, D. and Wright, G. 1995,
``Strategic product planning and ecological imperatives towards a taxonomy of strategic,
structure and process: a multi-case study of companies in the UK and Germany'',
MEG Conference, June, University of Bradford, pp. 675-84.
Radman, M. 2005. “Consumer
Consumption and Perception of organic food Product in Croatia”, British Food
Journal. Vol.107 No.4
Riduwan, dan Kuncoro. 2007.
“Analisis Jalur Path Analysis: Cara Menggunakan dan Memakai”. Cetakan Kedua,
Penerbit, Alfabeta.
Santoso, S. 2000. “SPSS Mengolah
Data Statitistik Secara Profesional”. Cetakan Kedua. Elex Media Computindo, Jakarta.
Saragih, S.E. 2008. “Pertanian
Organik: Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan”. Penebar Swadaya. Depok.
Sari, H., 2008., “PEMASARAN
PRODUK HIJAU: Profil Pelanggan Berdasarkan Usia, Gender, Pendidikan dan
Pengalaman Membeli”, MBA-ITB Volume. 3 No. 4
Sarwono, J. 2007. “Analisis Jalur
Untuk Riset Bisnis Dengan SPSS”. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Schiffman, L.G and Kanuk,
L.L.,2007. “Perilaku Konsumen”, Edisi 7, Alih bahasa, Zoelkifli Kasip,
Penyunting Bahasa, Rita Maharani, Penerbit PT Indeks, Jakarta.
Sekaran, U., 2006, “Research
Methods for Business”, Buku 1, Edisi 4,
Penerjemah Kwan Men Yon, Penerbit
Salemba Empat.
Sekaran, U., 2006, “Research Methods
for Business”, Buku 2, Edisi 4, Penerjemah Kwan Men Yon, Penerbit Salemba
Empat.
Singarimbun, M dan Effendi, S.
1999. “Metode Penelitian Survey”. LP3ES, Jakarta.
Sistya 2002, “Profil konsumen
yang bersedia membayar lebih banyak untuk produk ramah lingkungan”, Tesis,
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Solimun. 2002. “Metode
Kuantitatif Untuk Manajemen”, Diktat Kuliah Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya, Malang.
Solomon 2007, “Consumer
behavior”, 7th ed., Pearson Education.
Solomon, M.R., 2002. “Consumer
Behavior: Buying, Having, and Being”. New Jersey, Prestice Hall.
Stanton, W.J. 1991. “Fundamental
of Marketing”. McGraw-Hill Book Company, New York.
Sugiyono. 2004. “Metode
Penelitian Administrasi”. Alfa Beta, Bandung.
Sumarwan, 2002. “Perilaku
Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran”. Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Bogor.
Tarkiainen, A. and Sundqvist, S.
2005, “Subjective Norms, Attitudes And Intentions Of Finnish Consumers In
Buying Organic Food”, British Food Journal, Vol. 107 Nos 10-11, pp. 808-22.
Tjiptono, F. 2008, “Strategi
Pemasaran”, Edisi III, Penerbit Andi Yogyakarta.
Tregear, A., Dent, J.B. and
McGregor, M.J. 1994, “The demand for organically grown produce”, British Food
Journal, Vol. 96 No. 4, pp. 21-5.
Tsakiridou E., Konstantinos
M.,Tzimitrakalogianni I., 2006. “The influence of consumer characteristics and
attitudes on the demand for organic olive oil”. J Int Food Agrib Market 183/4,
23-31
Von Alvesleben, R. 1997,
“Consumer behaviour”, in Padberg, D.I., Ritson, C. and Albisu, L.M. Eds,
Agro-food Marketing, CAB International, New York.
Wandel, M. and Bugge, A. 1997,
“Environmental concern in consumer evaluation of food quality”, Food Quality
and Preference, Vol. 8 No. 1, pp. 19-26.
Wibowo, B. 2002. “Green
Consumerism dan Green Marketing : Perkembangan Perilaku Konsumen dan Pendekatan
Pemasaran”. Usahawan, No. 6 Th XXXI Juni, pp : 12-15.
Zanoli, R. and Naspetti, S. 2002,
“Consumer motivations in the purchase of organic food”, British Food Journal,
Vol. 104 No. 8, pp. 643-53.
Zethaml, A. V and Bitner, M.J.
2000. Service Marketing. McGraw Hill, New Jersey.
SUMBER :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:lcsjzF29428J:elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/32779/2/GREEN-MARKETING-DAN-PENGARUHNYA-TERHADAP-KEPUTUSAN-PEMBELIAN-MELALUI-MINAT-MEMBELI-PRODUK-ORGANIK-%28Studi-Pada-Pelanggan-Produk-Organik-Di-Kota-Manado%29.doc+&hl=id&gl=id
0 komentar:
Posting Komentar